BLORA- Realisasi program teknologi tangkap, angkut,
simpan karbon atau Carbon Capture and Storage (CCS) menunjukan sinyal
positif. Itu setelah rombongan dari Jepang datang ke Blora. Dari
evaluasi yang dilakukan, dalam waktu tidak lama lagi akan dipasang alat
pengukur getaran di lokasi program CCS di kawasan bekas sumur minyak
Jepon-01.
”Pemasangan alat pengukur getaran itu untuk mengetahui berapa getaran
yang ditimbulkan ketika gas karbon diinjeksi atau ditanam di tanah,”
ujar Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Blora,
Sutikno Slamet, melalui Kepala Bidang Penelitian, Pengembangan dan
Perencanaan Rini Setyowati, kemarin. Dia mengungkapkan, tim dari Jepang
berada di Blora selama dua hari, Minggu dan Senin (19-20/3). Mereka
mengevaluasi serangkaian tahapan yang sudah dilaksanakan.
Selain itu, para ilmuwan dan praktisi gas karbon dari universitas
tertua di Jepang itu juga menyusun tahapan berikutnya yang akan
dilakukan menuju terealisasinya program CCS di Blora. ”Dari evaluasi
itulah diputuskan akan dilakukan pemasangan alat pengukur getaran,”
tandas Rini Setyowati.
Studi Lapangan
Dia menceritakan, selama berada di Blora, tim dari Jepang melakukan
studi lapangan. Di antaranya meninjau lokasi program CCS di sumur
Jepon-01 dan mengunjungi Central Processing Plant (CCP) Blok Gundih di
Desa Sumber, Kecamatan Kradenan. Rombongan yang didampingi tim dari
Institut Teknologi Bandung (ITB) juga bertemu Bupati Djoko Nugroho dan
Wakil Bupati H Arief Rohman di rumah dinas bupati.
Dalam pertemuan yang juga dihadiri sejumlah pejabat Pemkab Blora,
Perhutani dan Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) Asset 4 Cepu,
Bupati dan Wabup memberikan dukungan penuh dan berharap program CCS
segera terwujud. Apalagi program CCS merupakan program pertama di
Indonesia bahkan di Asia Tenggara.
”Silakan dilaksanakan, kami memberikan dukungan penuh, apalagi
program ini dilakukan dalam rangka mengurangi pemanasan global akibat
gas buang karbon,” tandas Bupati Djoko Nugroho. Program CCS sepenuhnya
didanai Asian Development Bank (ADB).
Pemkab Blora tidak mengeluarkan anggaran sedikit pun. Program ini
digagas ITB bekerja sama dengan Pemerintah Jepang. Melalui program
tersebut, gas karbon dari kawasan pertambangan minyak dan gas (migas)
Blok Gundih di Kecamatan Kradenan akan dikumpulkan kemudian diangkut dan
diinjeksi atau disimpan di tanah di sumur Jepon-01.
”Dari perencanaan yang ada, program CCS akan direalisasikan tahun ini
juga,” kata Rini Setyowati. Untuk mematangkan rencana pelaksanaan
program CCS, kata Rini, pada bulan Juli akan digelar simposium.
Simposium tersebut merupakan simposium terakhir sebelum melangkah ke
pembangunan infrastruktur fisik.
Program CCS dilakukan guna mewujudkan industrialisasi migas yang
lebih ramah lingkungan. Penerapan teknologi CCS ini diklaim bisa
mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) di udara yang menjadi penyebab
pemanasan global yang ditimbulkan dari pabrik, pembangkit listrik dan
pengolahan minyak.
Dengan teknologi itu, akan membuat udara menjadi lebih bersih. Secara
teknis, CO2 dari Blok Gundih akan ditangkap kemudian direkayasa
sedemikian rupa menjadi cair dan selanjutnya diinjeksi ke bumi. Proses
CCS terdiri dari tangkap, angkut dan simpan. Jika program ini berhasil,
maka Blora akan bisa menurunkan kadar emisi CO2 dan sekaligus
keberhasilan nasional.
Sumber Berita : http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/infrastruktur-penyimpanan-gas-karbon-segera-dibangun/