REMBANG – Komisi D DPRD Jateng meminta kepada
manajemen PT Semen Indonesia untuk menunggu hasil final dari Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) regional sebelum melakukan peluncuran
pabrik. Hal itu untuk memberikan rasa tenang kepada seluruh masyarakat
yang berada di lingkungan pabrik semen PT Semen Indonesia di Rembang.
Apalagi, sebagian kecil masyarakat di Rembang masih bersikukuh
menolak kehadiran PT Semen Indonesia. Pernyataan Komisi D itu merupakan
hasil dari audiensi antara mereka dan manajemen PT Semen Indonesia
Project Rembang, Rabu (15/3). Rombongan Komisi D yang berjumlah 17 orang
terdiri dari wakil ketua, sekretaris, dan anggota itu mengunjungi
pabrik semen di Desa Kadiwono, Kecamatan Bulu.
Wakil Ketua Komisi D DPRD Jateng, Hadi Santoso mengatakan, PT Semen
Indonesia sudah bersikap koorperatif terkait permintaan komisi.
Manajemen perusahaan pelat merah itu siap melakukan operasional pabrik
selepas keluarnya hasil KLHS. ”Saat ini progres pembangunan pabrik semen
memang sudah lebih dari 99 persen.
Catatan kami setelah audiensi adalah peluncuran pabrik menunggu
keputusan final KLHS regional. Agar semakin membuat tenang masyarakat,”
jelas Hadi. Menurut Hadi, Komisi D juga menginginkan manajemen PT Semen
Indonesia merangkul seluruh masyarakat, termasuk yang masih kontra atau
menolak.
Manajemen juga diminta untuk terus memberikan edukasi dan penjelasan
kepada masyarakat yang masih kontra agar bisa tercapai kesamaan
persepsi. ”Pembangunan tidak selalu memuaskan semua orang. Ada sebagian
yang masih kontra, sehingga kami ingin memastikan masyarakat yang belum
menerima pabrik tidak dijauhi atau dikucilkan,” imbuhnya.
Kejar Paket
Sementara itu, Kepala Project Rembang PT Semen Indonesia, Heru Indra
Wijayanto menyatakan, menajemen terus melakukan sosialisasi mengenai
pendirian pabrik kepada masyarakat, terutama di kawasan ring satu.
Selain sosialisasi sejumlah program dari perusahaan juga sudah
diluncurkan untuk kesejahteraan warga ring satu.
”Program yang kami prioritaskan adalah kejar paket bagi warga di ring
satu, lima desa yang hanya memiliki ijazah SD. Cukup banyak yang
merespons program tersebut,” ujarnya. Ia menyebut, hal utama yang sering
dikhawatirkan masyarakat Rembang terkait pabrik semen adalah hilangnya
sumber air atau kerusakan lingkungan.
Oleh karena itu, manajemen sudah sering mengajak warga Rembang untuk
melihat langsung kondisi lingkungan di sekitar pabrik semen di Tuban
yang sudah beroperasi selama 20 tahun. ”Warga kami ajak ke kawasan
pabrik Tuban. Di sana, warga kami lihatkan munculnya lima embung karena
adanya pabrik. Embung-embung di sana digunakan sebagia sumber air
masyarakat,” tandasnya.
Sumber Berita : http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/pabrik-semen-diminta-tunggu-kajian-lingkungan/