SEMARANG – Per 10 Maret 2017, sebanyak 1.284.463
kartu tani telah didistribusikan di 22 kabupaten/kota di Jateng. Namun
dari jumlah itu, 85.055 kartu ditarik kembali. Alasannya, 3.127 petani
meninggal dunia, 761 alih profesi, 13.019 Nomor Induk Kependudukan (NIK)
tak sesuai, 59.873 belum ditemukan dan bisa jadi fiktif, serta 8.275
petani menolak menerima. Gubernur Ganjar Pranowo menjelaskan, angka itu
merupakan data jujur yang diperoleh dari lapangan. ”Alasannya mungkin
ada yang memang tidak mau, ada yang merasa repot. Tapi data yang
diperoleh sangat detil. Jika ada yang tak sesuai harapan, wajar. Data
kartu tani akan dikembangkan, bukan hanya untuk pupuk saja,” kata Ganjar
usai menerima kunjungan kerja PT Pupuk Indonesia, Senin (20/3).
Dikatakannya, sudah ada 1.607.819 petani yang masuk dalam sistem
informasi pertanian Indonesia (Sinpi). Angka ini bertambah jika
dibandingkan pendataan sebelumnya yang mencakup 1.500.503 petani. Banyak
petani yang awalnya menolak untuk didata, kini berbalik mendaftarkan
diri ikut program tersebut. Dari jumlah itu, sebanyak 1.284.463 petani
telah menerima kartu.
Sisanya, 216.040 kartu siap didistribusikan, 193.443 kartu dalam
proses penyerahan. Tak hanya itu, sudah ada 3.414 kios pupuk yang
dilengkapi Electronic Data Capture (EDC). Artinya, kios tersebut siap
melakukan transaksi menggunakan kartu tani. Per 17 Maret 2017,
kabupaten/kota yang sudah memasukkan data alokasi pupuk bersubsidi ke
dalam sistem baru sembilan wilayah, yaitu Batang, Demak, Klaten, Pati,
Purworejo, Kabupaten Magelang, Kabupaten Semarang, Kota Magelang, dan
Kota Semarang.
Kabupaten/kota lain belum memasukkan data alokasi kebutuhan pupuk.
Sesuai rapat koordinasi soal penerapan program kartu tani bersama
Menteri Pertanian, Menteri BUMN, PT Pupuk Indonesia, dan perbankan BUMN
pada 20 Februari lalu, diputuskan program kartu tani di Jateng
ditargetkan selesai maksimal Mei 2017. Selanjutnya, program tersebut
akan diberlakukan secara nasional dengan target penerapan awal di lima
provinsi, yakni Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, dan
Banten.
Ketua Komisi B DPRD Jateng, Chamim Irfani, mengatakan, adanya petani
yang belum ditemukan dan cukup banyak petani menolak program tersebut,
harus menjadi catatan serius Pemprov Jateng. Apalagi pada 2017 ini
Pemprov masih melanjutkan proses pendataan petani di 12 kabupaten/kota.
Menurut Chamim, setiap data yang masuk harus diverifikasi ulang.
Sehingga semua kartu yang tercetak pasti valid. Di sisi lain, Pemprov
harus mengurai alasan apa yang membuat petani menolak menggunakan kartu
tani. Selanjutnya dicarikan solusi. ”Jika ada petani yang alih profesi
atau meninggal, wajar. Tapi petani yang belum ditemukan dan menolak
menerima kartu, ini penting untuk dijadikan bahan evaluasi,” kata
Chamim.
Sumber Berita : http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/petani-tolak-8-275-kartu-tani/