KUDUS- Warga Desa Wonosoco, Kecamatan Undaan
berharap wacana pembuatan sabo dam di hutan Pegunungan Kendeng, dapat
segera direalisasikan.
Infrastruktur yang mulai digagas pembangunannya paska banjir bandang
dari Pegunungan Kendeng ke arah pemukiman Desa Wonosoco pada akhir 2015,
diharapkan dapat mengurangi potensi kerusakan akibat bencana alam yang
sudah beberapa kali menerjang kawasan tersebut.
Kades Wonosoco, Setiyo Budi, mengemukakan hal itu kepada Suara
Merdeka, Kamis (9/3). Menurutnya, kesempatan teleconference pada
Musrenbang Provinsi Jateng yang direncanakan digelar pekan depan, akan
dipergunakan untuk mempertajam rencana pembangunan sabo dam.
”Ini menyangkut keselamatan warga yang bermukim di lereng Pegunungan
Kendeng,” jelasnya. Hal lain yang akan disampaikan pada ajang tersebut
yakni berbagai upaya untuk melakukan pelestarian kawasan Hutan Kendeng.
Pasalnya, bila kondisi Hutan Kendeng masih rusak, diyakini potensi
banjir bandang dari puncak pegunungan akan dapat diminimalkan.
”Selain itu, lahan ratusan hektare yang sering terendam setiap
tahunnya juga akan ditanyakan solusinya,” paparnya. Camat Undaan, Catur
Widiyatno berharap agar sabo dam dapat segera direalisasikan. Pada saat
bersamaan, pihaknya berharap semua pihak dapat menjaga kelestarian
kawasan hutan. Pasalnya, kondisi Hutan Kendeng merupakan salah satu
faktor penyebab terjadinya banjir bandang dalam beberapa tahun terakhir.
Dia mengakui, sabo dam hanya merupakan solusi teknis saja. Sedangkan
untuk mengurai akar persoalan banjir bandang di pegunungan Kendeng
memang harus komprehensif. Pengertian komprehensif yakni dengan tetap
melakukan pembenahan pada sumber persoalan yakni hutan di pegunungan
Kendeng. ”Kelestarian hutan juga perlu mendapat penekanan,” jelasnya.
Koordinasi
Kadinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), Sam’ani Intakoris,
menyatakan usulan pembangunan sabo dam sudah dilakukan Pemkab Kudus.
Hanya saja, saat itu pembangunan masih harus menunggu koordinasi dengan
Kabupaten Pati dan Grobogan. ”Hutan Pegunungan Kendeng juga berada di
dua wilayah kabupaten tetangga tersebut,” jelasnya. Sabo dibuat untuk
menahan material seperti tanah dan batu dari lereng Pegunungan Kendeng.
Sedangkan aliran airnya disiapkan infrastruktur saluran agar tidak
menerjang ke pemukiman. Namun begitu, potensi banjir bandang tetap
sangat dipengaruhi kondisi hutan di Pegunungan Kendeng dan curah hujan.
”Sabo hanya mengurangi potensi luncuran material ke pemukiman,” katanya.
Prediksi awal, sekitar 75 persen material akan tertahan atau tertahan
lajunya sebelum mengarah ke pemukiman.
Sabo dam sesuai kajian awal akan di pertemuan dua titik aliran air,
baik dari hutan Kendeng arah Grobogan dan Pati. Ada dua fungsi utama
sabo dam di lereng pegunungan Kendeng, yakni menahan sementara sebagian
material dari puncak dan mengurangi laju kecepatan luncuran.
Tanpa ditahan, material akan langsung mengarah ke pemukiman.
Sedangkan bila kecepatan luncuran masih terlalu tinggi, maka potensi
kerusakan yang terjadi akan cukup besar. Selanjutnya, material akan
diarahkan ke kanal-kanal yang mengarah ke sungai terdekat.
Sumber Berita : http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/sabo-dam-kendeng-diminta-direalisasikan/