KUDUS- Dua embung mini di Desa Bulung Kulon,
Kecamatan Jekulo, yakni Jalak Rawa dan Jati Boyo, telah dituntaskan
pembangunannya pada 2016.
Pembangunan infrastruktur pengairan yang dibiayai dari APBN senilai
Rp 5,8 miliar tersebut diharapkan dapat membantu petani dalam penyediaan
air irigasi saat kemarau. Pantauan Suara Merdeka di lokasi, Rabu
(12/4), embung Jalak Rawa memang sudah selesai dibangun.
Embung berukuran panjang dan lebar mencapai 123-an meter dan
kedalaman 3,5 meter dikelilingi pagar besi. Air di embung terisi penuh.
Kondisi yang perlu dicermati yakni lubang di dekat pintu masuk, yang
dikhawatirkan dapat mengurangi volume maupun kekuatan dindingnya.
Genangan
Menurut Sekdes Bulung Kulon, Hardi, di wilayahnya terdapat area
pertanian seluas 500 hektare. Ironisnya, sekitar 60 persen nyaris tidak
dapat ditanami karena sering terendam banjir. ”Area teresbut hanya dapat
ditanami palawija saja,” katanya. Saat sekarang, embung belum dapat
dimanfaatkan. Pasalnya, sebagian besar area persawahan masih terendam
banjir.
Suatu saat nanti, embung diharapkan dapat menjadi solusi irigasi di
kawasan tersebut terutama saat musim kemarau. Pada kondisi tertentu, air
yang disimpan di sarana pengairan tersebut dapat dimanfaatkan untuk
sumber air baku bagi masyarakat sekitar. Lebih lanjut dia menyatakan,
pembuatan embung memang disiapkan untuk menghadapi kondisi sulit seperti
itu.
”Selain tentunya untuk membantu irigasi pertanian warga setempat,”
jelasnya. Bila genangan di lahan sudah kering, warga akan mendapat
pilihan apakah akan tetap menanam palawija atau padi. Segala sesuatunya
akan dikembalikan kepada petani. ”Air irigasi akan diambilkan dari dua
embung itu,” ujarnya.
Sumber Berita : http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/manfaat-embung-mini-ditunggu/