Uniknya, pagelaran wayang ucul mengisahkan sebuah bukit yang ramai dikunjungi pengunjung. Bukit pandang diibaratkan sebagai bangkai ikan. Kendati ikan sudah mati dan menjadi bangkai, tetapi tetap disukai manusia.
Menurutnya, pagelaran wayang ucul menjadi salah satu upaya untuk melestarikan tradisi dan budaya Jawa di tengah destinasi wisata alam berkonsep kekinian. Wayang digelar di batu gedek yang lokasinya berada di kawasan bukit pandang.
Saat dilaunching, pementasan wayang ucul melibatkan sejumlah mahasiswa Passa Unissula, IMP Unnes, Kompi yang meliputi Undip, Polines dan Politekes, KMPP UIN Walisongo Semarang, Kommpas Unwahas dan Pampa Upgris. Mereka ikut mendukung upaya pelestarian budaya di tengah destinasi wisata alam di Pegunungan Kendeng.
“Rencananya, pagelaran wayang ucul kami gelar setiap hari. Jadi, pengunjung tidak cuma foto selfie dan menikmati pemandangan alam yang indah di Pegunungan Kendeng, tetapi juga bisa menikmati wayang ucul,” imbuhnya.
Saat ini, kawasan wisata Bukit Pandang tak hanya dikunjungi wisatawan lokal, tetapi juga luar daerah seperti Gresik, Lumajang, Surabaya, Pemalang, hingga Bandung. Pengunjung dari luar kota biasanya mengaku sebagai backpacker, sekadar ingin menyaksikan salah satu pesona alam di Kabupaten Pati.
Sumber Berita : http://www.murianews.com/2017/04/19/112804/pengelola-bukit-pandang-pati-suguhkan-pagelaran-wayang-ucul.html