JEPARA – Investor asal
Taiwan yang mendirikan usaha di Jepara di bidang mebel tak hanya
mengeluhkan persoalan pengurusan Kitas, izin usaha hingga aturan ekspor,
tapi juga soal seringnya listrik padam. Persoalan pasokan energi itu
membuat proses produksi terganggu.
Hal itu dikemukakan pengusaha mebel asal
Taiwan, Chen di Rumah Joglo Aspirasi Desa Margoyoso Kecamatan
Kalinyamatan, Rabu (10/5) malam.
Pertemuan yang diinisiasi Anggota Komisi
VI DPR RI Abdul Wachid itu dihadiri 30 pengusaha mebel asal Taiwan,
Manajer Area PT PLN (Persero) Kudus Didi Rahmad dan jajarannya dan
anggota Fraksi Partai Gerindra DPRD Jepara.
‘’Saya pusing jika listrik sering padam.
Misalnya, saat proses finishing listrik mati. Jika seharusnya
dijadwalkan mengirimkan dua kontainer, maka hanya satu kontainer,’’
keluh Chen.
Chen yang memiliki usaha di Kecamatan
Tahunan itu mengaku jika dalam satu bulan mampu mengirimkan hingga enam
kontainer nilainya lebih dari Rp 1 miliar. Listrik yang sering padam
tidak hanya masalah finishing, saat pengeringan di dalam oven pun bisa
terganggu.
Abdul Wachid mengemukakan, masalah lain
yang dirinya dapatkan dari investor Taiwan soal listrik, yakni adanya
calo (broker) pemasangan listrik. Jadi dari proses pemasangan seharusnya
gratis, maka akan dikenai biaya.
Termasuk kabel pun dihargai. ‘’Adanya
broker ini, membuat pengusaha juga kerap bingung harus melapor ke siapa.
Sebab setelah jaringan dipasang, langsung ditinggal (oleh calo),’’
terangnya.
Jadi Perhatian
Permasalahan listrik ini, tegas Wachid,
membuat investor Taiwan masih setengah-setengah untuk menanamkan
investasinya di Jepara. Padahal investasi bisa jauh lebih besar dari
yang sudah ada.
Dari 30 investor Taiwan, nilai investasi
saat ini sudah lebih dari Rp 1 triliun. ‘’Kebetulan Komisi VI
membidangi perindustrian, perdagangan maupun BUMN. Sehingga ini menjadi
perhatian.
Termasuk permasalahan lain, seperti
aturan ekspor mebel, Kitas dan perizinan,’’ tandasnya. Dalam pertemuan
itu, PLN Area Kudus dan jajarannya di Jepara diminta mendatangi semua
perusahaan milik investor Taiwan. Sebab mayoritas listrik mereka
dipasang calo.
Titik poinnya, alamat perusahaan didata,
sehingga masuk database PLN. ‘’Ini cukup memprihatinkan. Sebab PLN
sendiri jelas gencar untuk menjual listriknya,’’ tambah Wachid.
Sementara itu, Didi Rahmad mengemukakan,
masih punya ketersediaan data sebesar 2.300 MW yang siap digunakan
industri. Sehingga, kasus padamnya listrik bukan karena kekurangan daya,
tapi karena faktor eksternal.
Paling banyak karena terganggu oleh
dahan pohon yang menyentuh jaringan. ‘’Jika pemasangan melalui broker,
maka setelah pemasangan memang langsung ditinggal.
Sehingga data yang tercatat di PLN
adalah data broker. Jadi tidak diketahui persoalan profil perusahaan,
termasuk pemberian informasi,’’ tambah Didi.Sumber Berita : http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/investor-taiwan-keluhkan-listrik-sering-padam/