Cari Blog Ini

Jumat, 12 Mei 2017

Investor Taiwan Keluhkan Listrik Sering Padam Ganggu Proses Produksi

JEPARA – Investor asal Taiwan yang mendirikan usaha di Jepara di bidang mebel tak hanya mengeluhkan persoalan pengurusan Kitas, izin usaha hingga aturan ekspor, tapi juga soal seringnya listrik padam. Persoalan pasokan energi itu membuat proses produksi terganggu.
Hal itu dikemukakan pengusaha mebel asal Taiwan, Chen di Rumah Joglo Aspirasi Desa Margoyoso Kecamatan Kalinyamatan, Rabu (10/5) malam.
Pertemuan yang diinisiasi Anggota Komisi VI DPR RI Abdul Wachid itu dihadiri 30 pengusaha mebel asal Taiwan, Manajer Area PT PLN (Persero) Kudus Didi Rahmad dan jajarannya dan anggota Fraksi Partai Gerindra DPRD Jepara.
‘’Saya pusing jika listrik sering padam. Misalnya, saat proses finishing listrik mati. Jika seharusnya dijadwalkan mengirimkan dua kontainer, maka hanya satu kontainer,’’ keluh Chen.
Chen yang memiliki usaha di Kecamatan Tahunan itu mengaku jika dalam satu bulan mampu mengirimkan hingga enam kontainer nilainya lebih dari Rp 1 miliar. Listrik yang sering padam tidak hanya masalah finishing, saat pengeringan di dalam oven pun bisa terganggu.
Abdul Wachid mengemukakan, masalah lain yang dirinya dapatkan dari investor Taiwan soal listrik, yakni adanya calo (broker) pemasangan listrik. Jadi dari proses pemasangan seharusnya gratis, maka akan dikenai biaya.
Termasuk kabel pun dihargai. ‘’Adanya broker ini, membuat pengusaha juga kerap bingung harus melapor ke siapa. Sebab setelah jaringan dipasang, langsung ditinggal (oleh calo),’’ terangnya.
Jadi Perhatian
Permasalahan listrik ini, tegas Wachid, membuat investor Taiwan masih setengah-setengah untuk menanamkan investasinya di Jepara. Padahal investasi bisa jauh lebih besar dari yang sudah ada.
Dari 30 investor Taiwan, nilai investasi saat ini sudah lebih dari Rp 1 triliun. ‘’Kebetulan Komisi VI membidangi perindustrian, perdagangan maupun BUMN. Sehingga ini menjadi perhatian.
Termasuk permasalahan lain, seperti aturan ekspor mebel, Kitas dan perizinan,’’ tandasnya. Dalam pertemuan itu, PLN Area Kudus dan jajarannya di Jepara diminta mendatangi semua perusahaan milik investor Taiwan. Sebab mayoritas listrik mereka dipasang calo.
Titik poinnya, alamat perusahaan didata, sehingga masuk database PLN. ‘’Ini cukup memprihatinkan. Sebab PLN sendiri jelas gencar untuk menjual listriknya,’’ tambah Wachid.
Sementara itu, Didi Rahmad mengemukakan, masih punya ketersediaan data sebesar 2.300 MW yang siap digunakan industri. Sehingga, kasus padamnya listrik bukan karena kekurangan daya, tapi karena faktor eksternal.
Paling banyak karena terganggu oleh dahan pohon yang menyentuh jaringan. ‘’Jika pemasangan melalui broker, maka setelah pemasangan memang langsung ditinggal.
Sehingga data yang tercatat di PLN adalah data broker. Jadi tidak diketahui persoalan profil perusahaan, termasuk pemberian informasi,’’ tambah Didi.

Sumber Berita : http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/investor-taiwan-keluhkan-listrik-sering-padam/