Cari Blog Ini

Jumat, 26 Mei 2017

Pati Gelar Festival Permainan Rakyat

PATI – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pati menggelar Festival Permainan Rakyat 2017 pada Selasa (23/5) untuk mengembangkan dan meningkatkan kreativitas bermain anak-anak. Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Paryanto mengatakan, 17 kelompok berpatisipasi dalam festival itu yang berlangsung sehari di pendapa Gedung Kesenian kompleks Stadion Joyokusumo.
Peserta terdiri atas murid 15 SD, dan dua lainnya sisa dua SMP. Yang disebut terakhir adalah SMP 3 Pati mewakili Kecamatan Pati Kota, dan SMP 2 Margorejo mewakili Kecamatan Margorejo. Menurut dia, tujuan penyelenggaraan festival itu antara lain untuk melestarikan permainan tradisional. Karena itu, kelompok peserta rata-rata menggunakan iringan gamelan minimalis.
Tujuan lain, kata dia, untuk kembali mengenalkan berbagai permainan tradisional kepada generasi muda. Jika hal itu tidak kembali diingatkan, permainan tersebut tidak akan mereka kenal. Pihaknya juga berharap lewat pengenalan kembali permainan rakyat diharapkan tumbuh kreativitas dari anak-anak untuk mengangkatnya dalam setiap kesempatan.
”Sajian peserta yang ditunjang gerak tari dan dialog, ternyata mampu menarik penonton.” Dengan alokasi waktu 25 menit, kata dia, tiap kelompok bisa menampikan secara keseluruhan permainan, termasuk memadukannya dengan gerak tari.
Semisal memadukan tari dalam tembang Menthok-menthok, Buntut-buntut Luwe, dan Cublak-ciblak Suweng. Tidak hanya itu, permainan teklek dan gobag sodor juga kembali terangkat dalam festival tersebut. Ada pula peserta menampilkan permainan jaran kepang, jaran debog yang dipadu topeng dari bahan yang sama.
Banyak permainan rakyat yang kembali direfleksikan oleh peserta, ”Kami sangat mengapresiasi mengingat peserta adalah murid SD dan siswa SMP. Kami yakin tidak semuanya mengenal permainan itu sebelumnya.” Pihaknya berharap bisa menyelenggarakan festival tiap tahun.
Dengan demikian, anakanak bisa kembali menggali permainan tradisional lain seperti jamuran, jethungan, jundamanda, dakon, dan macanan. Menurut dia, permainan tradisional itu memiliki ciri kedaerahan sesuai tradisi budaya setempat. Dengan demikian, festival secara tidak langsung bisa menjadi pendorong untuk kembali mengangkat budaya lokal.
Jangan sampai akar budaya itu sampai tercerabut mengingat permainan tradisional anakanak itu memiliki manfaat bagi perkembangan jiwa kesenian atau mengasah kecerdasan mereka. ”Permainan dakon misalnya, mereka harus cerdas supaya bisa mengumpulkan biji lebih banyak dari lawannya.” 

Sumber Berita : http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/pati-gelar-festival-permainan-rakyat/