PATI – Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Kabupaten Pati menggelar Festival Permainan Rakyat 2017
pada Selasa (23/5) untuk mengembangkan dan meningkatkan kreativitas
bermain anak-anak. Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan,
Paryanto mengatakan, 17 kelompok berpatisipasi dalam festival itu yang
berlangsung sehari di pendapa Gedung Kesenian kompleks Stadion
Joyokusumo.
Peserta terdiri atas murid 15 SD, dan
dua lainnya sisa dua SMP. Yang disebut terakhir adalah SMP 3 Pati
mewakili Kecamatan Pati Kota, dan SMP 2 Margorejo mewakili Kecamatan
Margorejo. Menurut dia, tujuan penyelenggaraan festival itu antara lain
untuk melestarikan permainan tradisional. Karena itu, kelompok peserta
rata-rata menggunakan iringan gamelan minimalis.
Tujuan lain, kata dia, untuk kembali
mengenalkan berbagai permainan tradisional kepada generasi muda. Jika
hal itu tidak kembali diingatkan, permainan tersebut tidak akan mereka
kenal. Pihaknya juga berharap lewat pengenalan kembali permainan rakyat
diharapkan tumbuh kreativitas dari anak-anak untuk mengangkatnya dalam
setiap kesempatan.
”Sajian peserta yang ditunjang gerak
tari dan dialog, ternyata mampu menarik penonton.” Dengan alokasi waktu
25 menit, kata dia, tiap kelompok bisa menampikan secara keseluruhan
permainan, termasuk memadukannya dengan gerak tari.
Semisal memadukan tari dalam tembang
Menthok-menthok, Buntut-buntut Luwe, dan Cublak-ciblak Suweng. Tidak
hanya itu, permainan teklek dan gobag sodor juga kembali terangkat dalam
festival tersebut. Ada pula peserta menampilkan permainan jaran kepang,
jaran debog yang dipadu topeng dari bahan yang sama.
Banyak permainan rakyat yang kembali
direfleksikan oleh peserta, ”Kami sangat mengapresiasi mengingat peserta
adalah murid SD dan siswa SMP. Kami yakin tidak semuanya mengenal
permainan itu sebelumnya.” Pihaknya berharap bisa menyelenggarakan
festival tiap tahun.
Dengan demikian, anakanak bisa kembali
menggali permainan tradisional lain seperti jamuran, jethungan,
jundamanda, dakon, dan macanan. Menurut dia, permainan tradisional itu
memiliki ciri kedaerahan sesuai tradisi budaya setempat. Dengan
demikian, festival secara tidak langsung bisa menjadi pendorong untuk
kembali mengangkat budaya lokal.
Jangan sampai akar budaya itu sampai
tercerabut mengingat permainan tradisional anakanak itu memiliki manfaat
bagi perkembangan jiwa kesenian atau mengasah kecerdasan mereka.
”Permainan dakon misalnya, mereka harus cerdas supaya bisa mengumpulkan
biji lebih banyak dari lawannya.” Sumber Berita : http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/pati-gelar-festival-permainan-rakyat/