Jakarta, Kominfo – Bangsa Indonesia wajib berikhtiar mengisi dan
memaknai proklamasi kemerdekaan melalui karya dalam bidangnya
masing-masing. Di sektor komunikasi dan informatika, salah satu karya
aparatur sipil Kementerian Komunikasi dan Informatika adalah perjuangan
untuk mendapatkan Filing Satelit Palapa. Buah perjuangan itu seolah
menjadi hadiah HUT ke-72 Republik Indonesia, yakni persetujuan
International Telecomunication Union (ITU) atas filing satelit Palapa
PAC-C146E dan Palapa PAC-KU146E.
“Liku-liku perjuangan menyelamatkan
filing satelit tersebut bukan semata-mata kisah operasi yang business as
usual,” kata Direktur Jenderal Sarana Diseminasi Perangkat Pos dan
Informatika Ismail MT dalam Upacara Peringatan HUT ke-72 Republik
Indonesia di Lapangan Anantakupa, Kementerian Komunikasi dan
Informatika, Jakarta, Kamis(17/08/2017) pagi.
Saat membacakan amanat
Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Dirjen Ismail
menyampaikan datangnya email dari ITU yang berisi persetujuan atas
proposal Indonesia untuk perpanjangan masa suspense Palapa PAC-C146E dan
Palapa PAC-KU146E dengan frekuensi masing-masing 6665-6723 MHz dan
12523-12679 MHz.
Dirjen SDPPI mencatat beberapa poin yang bisa
dipetik sebagai inspirasi. Pertama, semangat pantang menyerah. Kedua,
ditempuhnya pendekatan alternatif karena pendekatan personal memiliki
poin lebih terutama untuk menunjukkan itikad, kejujuran, dan keyakinan
kita terhadap apa yang diperjuangkan. Adapun ketiga, berorientasi kepada
kepentingan nasional.
"Bahkan direktur ITU sendiri memahami urgensi
satelit bagi bangsa Indonesia dan mengghargai strategi serta
pembangunan. Dan keempat, kerja bersama filing satelit ini memang
dimiliki oleh swasta, namun kehilangannya akan juga berarti kerugian
besar bagi bangsa,” jelasnya.
Dirjen Ismail menyatakan hubungan
antara kemerdekaan dengan etos kerja bukan tema yang sama sekali baru.
Mengutip Sutan Sjahrir, salah satu pejuang proklamasi kemerdekaan, ia
menyebutkan kemerdekaan nasional adalah bukan pencapaian akhir. "Tapi
rakyat yang bebas berkarya adalah pencapaian puncaknya,” katanya seraya
menegaskan kemerdekaan sebenarnya adalah tentang perayaan karya nyata.
Selaras
dengan peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia yang ke-72 tahun
2017 bertema Indonesia Kerja Bersama, Dirjen Ismail sebagai inspektur
upacara mendorong kerja bersama sebagaimana budaya gotong-royong yang
telah tumbuh berabad lamanya di bumi Indonesia.
“Sebagai Aparatur
Sipil Negara, kita wajib berbangga karena karya kita memberikan
pelayanan terbaik bagi masyarakat dan bangsa. Karya kita harus berwujud
dukungan penuh dan semangat bekerja sama dengan siapa saja yang
bercita-cita memajukan bangsa dan seluruh rakyat Indonesia," katanya
Dalam
keseharian ia mnyontohkan kegigihan dalam bekerja, contohnya yang
berasal dari lingkungan Kominfo sendiri, yang memiliki kreativitas dalam
mencapai tujuan, terus semangat selalu bertekun dan pantang menyerah.
“Yang
tak kalah penting adalah mengorientasikan hasilnya untuk kemajuan dan
kesejahteraan bangsa, bukan sekedar kepentingan personal atau
kelompok-kelompok kecil saja, seperti pesan bung Hata Jatuh bangunnya
Negara ini, sangat tergantung dari bangsa ini sendiri. Makin pudar
persatuan dan kepedulian, Indonesia hanayalah sekedar nama dan gambar
seuntaian pulau di peta,” ujar Ismail.
Dalam peringatan HUT RI ke -72 ini diberikan piagam tanda kehormatan
Presiden Republik Indonesia dengan menganugerahkan tanda kehormatan
Satya Lancana Karya Satya 30 Tahun, 20 Tahun dan 10 Tahun untuk pegawai
Kominfo yang telah mengabdi selama 30 tahun, 20 tahun dan 10 tahun.
Penyematan pin dilakukan langsung oleh inspektur upacara.
Di akhir
pidato, Dirjen Ismail menutup refleksi kemerdekaan dengan mengajak
seluruh peserta upacara untuk meneriakkan “DIRGAHAYU NEGARA KESATUAN
REPUBLIK INDONESIA. MERDEKA!”. (Biro Humas/SINA)
Sumber Berita : https://www.kominfo.go.id/content/detail/10357/hadiah-hut-ke-72-ri-itu-setujui-proposal-filing-satelit-palapa/0/berita_satker