Karena alasan itu, Edy mengajak masyarakat bersama-sama menyamakan persepsi dan idiologi, yaitu Pancasila. Jangan sampai terpecah-belah, hingga mengecewakan usaha yang dilakukan pejuang untuk kemerdekaan.
”Seperti yang bung Karno selalu sampaikan, bahwa pembangunan fisik memang baik. Namun yang lebih penting adalah pembangunan mental lebih penting,” ucapnya.
Edy menambahkan, selain sebagai saksi perjuangan, bekas stasiun juga menjadi simbol adanya kemajuan zaman sejak dulu oleh Belanda. Karena, pada tahun 1880an, warga sudah dapat menikmati kereta layaknya kemajuan negara-negara di eropa.
“Belanda memiliki semangat yang besar untuk sampai di Indonesia dan menjajahnya. Bahkan butuh waktu 100 tahun sampai di Indonesia. Jadi semangat kita jangan sampai kalah dengan Belanda,” imbuhnya.
Sumber Berita : http://www.murianews.com/2017/08/17/123076/sejarawan-stasiun-kudus-saksi-bisu-perjuangan-pejuang%e2%80%8b-kemerdekaan.html