Pengurus KPO Kudus Eko Purnomo mengatakan, pupuk organik memang bagus
buat tanaman. Untuk mendapatkannya memang harus ada usaha lebih,
berbeda dengan pupuk nonorganik yang bisa langsung beli di toko. ”Kami
ingin organik agar hasilnya maksimal,” katanya kemarin.
Hasil dari pengolahan pupuk organik dari RPH digunakan untuk tanaman
buah naga yang lokasinya tidak jauh dari RPH. Dukungan dari dinas
tentunya disambut baik pihaknya, karena bahan baku pembuatan pupuk
organik diberikan secara gratis.
Namun yang terpenting yakni mengajak petani memanfaatkan potensi
lokal yang dimiliki di sekitarnya. Untuk mengajak petani menggunakan
pupuk organik memang cukup sulit, karena petani butuh contoh nyata.
”Padahal hasil pertanian organik harganya lebih mahal dan sekarang
cenderung masyarakat mengarah ke organik,” terangnya.Untuk proses pembuatan pupuk memanfaatkan limbah rumen atau jeroan hewan sangat mudah. Hanya menambahkan bahan-bahan organik lainnya yang juga jenis limbah. Seperti cocopit atau sabut kelapa.
Perbandingannya, limbah rumen tiga ton, cocopit 30 karung, setiap karung berat 40 kilogram dan sedikit bekatul. ”Kami lakukan sekali proses 3 ton rumen dengan pertimbangan luas tempat pencampuran disini,” jelasnya.
Dijelaskan, cocopit ini berfungsi sebagai pengganti pupuk kimia jenis KCL untuk membuat rongga-rongga pupuk ketika dimasukan ke dalam tanah. Setelah semua tercampur kemudian disemprot dengan probiotik organik. Ini sekaligus sebagai penghilang bau limbah rumen dan fermentasi. Penggunaan probiotik ini membuat waktu pematangan pupuk menjadi lebih cepat.
Pupuk yang sudah jadi dipergunakan pada tanaman buah naga seluas 850 meter persegi dengan jumlah tonggak 1200 buah. Setiap satu tonggak terdapat empat tanaman buah naga. Sehingga total 4800 tanaman. Selain itu lahan disekitar RPH juga dikelola pihaknya sekitar 1,6 hektar.
Sumber Berita : https://www.jawapos.com/radarkudus/read/2017/12/15/33725/menjanjikan-limbah-rumah-potong-hewan-diolah-pupuk-organik