PEKALONGAN –
Gelaran Festival Balon Udara di Kota Pekalongan diharapkan dapat
menjadi magnet dan destinasi wisata baru di Kota Batik. Festival balon
udara yang dilaksanakan sebagai solusi menjaga tradisi itu digelar oleh
AirNav Indonesia bekerjasama dengan Pemkot Pekalongan yang berakhir
jum’at kemarin (22/6).
Sebanyak 12 tim, turut
serta dalam penyelenggaraan festival balon hari pertama di Lapangan
Kuripan Lor. Pada hari kedua, panitia membuka pendaftaran seluas-luasnya
bagi masyarakat yang ingin turut serta, dan dapat mendaftarkan diri
hari itu juga. Balon udara berwarna warni yang diterbangkan dengan
tambatan, mampu menyedot perhatian. Ribuan warga terpantau memadati
lokasi penyelenggaraan festival.
Sekda Kota Pekalongan,
Sri Ruminingsih berharap, adanya festival balon udara tersebut bisa
menjadi destinasi wisata baru di Kota Pekalongan khususnya untuk momen
Syawalan. “Sehingga kami berharap kegiatan ini bisa digelar rutin setiap
tahun bersama dengan AirNav, sehingga bisa menjadi tujuan wisata bagi
masyarakat,” harapnya.
Festival balon udara
digelar sebagai solusi agar tradisi penerbangan balon udara di Kota
Pekalongan tidak hilang, namun juga tidak membahayakan penerbangan.
“Keselamatan penerbangan menjadi perhatian utama bagi kita semua. Namun
tradisi juga harus terjaga. Sehingga kegiatan ini bisa menjadi solusi
alternatif agar keduanya dapat berjalan bersama,” kata Sekda.
Ia juga berharap adanya festival balon udara dapat menjadi wadah kreativitas bagi masyarakat. Juga dapat mendorong munculnya komunitas-komunitas baru yang lebih kreatif, dan dapat mendukung upaya pengembangan Kota Pekalongan.
Ia juga berharap adanya festival balon udara dapat menjadi wadah kreativitas bagi masyarakat. Juga dapat mendorong munculnya komunitas-komunitas baru yang lebih kreatif, dan dapat mendukung upaya pengembangan Kota Pekalongan.
Manager Humas AirNav
Indonesia, Yohannes HD Sirait menambahkan, festival balon udara
diharapkan mampu menjadi tradisi baru bagi masyarakat Kota Pekalongan.
Dengan digelar festival, maka tradisi dapat terwadahi sekaligus tidak
membahayakan penerbangan. “Memang belum semua siap menerima. Kami juga
memahami bahwa tradisi tidak mudah diubah. Namun dengan penyelenggaraan
ini kami berharap semakin ada trust dari masyarakat dan menyadari bahwa
kegiatan ini juga berpotensi memberikan dampak positif bagi masyarakat
sekitar,” tuturnya.
Di tahun pertama penyelenggaraan ini, lanjutnya, ada sebanyak 35 hingga 40 tim yang menjadi peserta. Ia berharap, di tahun-tahun mendatang jumlah peserta bisa terus bertambah. “Besok (hari ini) masih ada festival dan siapapun silakan mendaftar langsung kami tidak batasi. Bisa langsung hadir di lokasi acara,” katanya.
Di tahun pertama penyelenggaraan ini, lanjutnya, ada sebanyak 35 hingga 40 tim yang menjadi peserta. Ia berharap, di tahun-tahun mendatang jumlah peserta bisa terus bertambah. “Besok (hari ini) masih ada festival dan siapapun silakan mendaftar langsung kami tidak batasi. Bisa langsung hadir di lokasi acara,” katanya.
Berdasarkan data AirNav,
penerbangan balon udara yang dilepas tahun ini masih tinggi. Hari
pertama Idulfitri, ada 74 laporan balon udara dari pilot. Jumlah itu
lebih banyak dari tahun 2016 yakni ada 14 laporan, dan tahun 2017
sebanyak 63 laporan. Catatan AirNav, untuk wilayah Jawa Tengah pada 14
Juni ada 1 laporan balon udara yang dilepas ke udara, 74 balon udara
pada 15 Juni, 13 balon pada 16 Juni, 5 balon pada 17 Juni, 4 balon pada
18 Juni dan 3 balon udara pada 19 Juni.
“Bahkan kemarin ada pilot yang meminta geser ke kanan atau ke kiri karena bertemu dengan balon udara. Saat ini kondisi penerbangan Indonesia masih positif, sehingga kami harap tidak ada hal-hal yang dapat merusak kondisi itu,” harapnya.
“Bahkan kemarin ada pilot yang meminta geser ke kanan atau ke kiri karena bertemu dengan balon udara. Saat ini kondisi penerbangan Indonesia masih positif, sehingga kami harap tidak ada hal-hal yang dapat merusak kondisi itu,” harapnya.
Ahmad Mufikin, salah satu
peserta Festival Balon Udara dari Medono mengatakan bahwa adanya
festival tersebut dapat memberikan solusi bagi masyarakat agar tetap
dapat menjalankan tradisi. “Positif, karena masih bisa menjaga tradisi,
namun aman bagi semua. Yang terpenting tradisi masih terjaga,” katanya.
Mengenai balon udara yang
diikutsertakan dalam festival, sudah sejak awal puasa lalu disiapkan.
Biaya yang dibutuhkan mencapai Rp1 juta yang berasal dari iuran pemuda
dan masyarakat. “Semoga kedepan bisa lebih baik. Motivasi kami ikut
disini adalah untuk menjaga tradisi,” tambah Mufikin.Hal yang sama disampaikan Saparun, peserta dari Sapuro. Ia menyadari adanya bahaya jika balon udara dilepas. Sehingga melalui festival tersebut tradisi dan budaya masyarakat tetap terjaga dan tidak serta merta dilarang. “Harapannya ini diadakan tiap tahun agar menjadi solusi bagi masyarakat,” tandasnya.
Sumber Berita : https://jatengprov.go.id/beritadaerah/festival-balon-ditarget-jadi-destinasi-baru-kota-pekalongan/