Cari Blog Ini

Sabtu, 14 Juli 2018

Pekan Depan Mendag Bertolak ke Washington Bahas GSP

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita beserta delegasi lintas kementerian dan perwakilan pelaku usaha akan bertolak ke Washington DC, AS akhir pekan depan untuk memenuhi panggilan US Trade Representative (USTR).

Pertemuan dengan USTR akan mendiskusikan review yang dilakukan pemerintahan Trump atas kelayakan (eligibility) Indonesia untuk tetap menerima fasilitas pengurangan/ pembebasan bea masuk yang dikenal sebagai GSP (Generalized System of Preferences).

Sebagai informasi, pemerintah AS memberikan fasilitas GSP terhadap 3.547 lini tarif, yang mencakup produk pertanian, perikanan, serta berbagai sektor lainnya.


"Kita berusaha meyakinkan mereka supaya kita bisa terus menikmati fasilitas GSP. Kunjungan kita ke AS pekan depan akan didahului business forum dan business matching, kemudian dilanjutkan pembicaraan dengan USTR. Kami terus berkomunikasi dengan Dubes RI di Washington dan Kementerian Luar Negeri," ujar Mendag dalam konferensi pers di kantornya, Jumat (13/7/2018).

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Oke Nurwan menegaskan bahwa pemerintah saat ini masih memfokuskan diri pada country review atas kelayakan Indonesia untuk terus menerima fasilitas GSP.

"Karena kalau kita dinyatakan tidak eligible, semuanya, seluruh 3.547 lini tarif itu akan dicabut manfaat GSPnya, repot. Nah, begitu kita dinyatakan eligible baru kita negosiasikan per komoditas yang selama ini mendapatkan manfaat," kata Oke.

"Selama ini kurang lebih ya 10% lah dari ekspor RI ke AS menikmati fasilitas GSP, atau sebesar US$ 1,9 miliar dari total ekspor kita kesana US$ 21 miliar," imbuhnya.

Pengecualian
Selain itu, pemerintah juga akan mengupayakan agar Indonesia memperoleh pengecualian terhadap tarif baja dan alumunium yang dikenakan Presiden Trump awal tahun ini sebesar masing-masing 25% dan 10%.
"Mereka sudah kenakan tarifnya dan mereka membuka kesempatan exemption untuk negara tertentu. Ini harus kita manfaatkan," ujar Oke.

Data Kementerian Perdagangan menunjukkan total perdagangan Indonesia dan AS sepanjang tahun lalu tercatat sebesar US$ 25,91, dengan ekspor ke AS mencapai US$ 17,79 miliar dan impor dari AS sebesar US$ 8,12 miliar. Dengan demikian, neraca perdagangan terhadap AS surplus US$ 9,67 miliar.

Hal ini berbeda dengan data dari Kementerian Perdagangan AS yang mencatat surplus Indonesia mencapai US$ 14 miliar. Selisih angka yang cukup signifikan ini akan diklarifikasi saat hearing dengan USTR pekan depan.

Adapun sepanjang Januari-April tahun ini, total perdagangan kedua negara sebesar US$ 9,36 miliar dengan Indonesia menikmati surplus neraca perdagangan sebesar 2,84 miliar.



Sumber Berita :  https://www.cnbcindonesia.com/news/20180713203833-4-23528/pekan-depan-mendag-bertolak-ke-washington-bahas-gsp