GROBOGAN- Di zaman yang serba maju ini, penggunaan Bahasa Jawa
atau Bahasa Daerah mulai tersisihkan. Banyak anak-anak muda lebih
menggemari dan bangga menggunakan bahasa asing ketimbang bahasa daerah.
Padahal, bahasa jawa sangat kental dengan tata kesopanan atau unggah
ungguh lewat tingkatan bahasa, seperti krama alus, krama inggil, ngoko alus dan ngoko.
Dampaknya, anak-anak zaman sekarang atau saat ini disebut kid zaman
now lupa dengan unggah-ungguh atau sopan santun yang ditanamkan dalam
bahasa Jawa. “Anak-anak tak tahu lagi bagaimana ngomong yang sopan pada
orang yang lebih tua, bahkan pada orang tuanya sekalipun,” ungkap Sekda
Kabupaten Grobogan Moch Sumarsono ketika membuka Lomba Geguritan
antarsiswa dan guru di Pendapa Kabupaten Grobogan, Sabtu (10/11).
Geguritan atau puisi dalam bahasa Jawa ini, sebagai salah satu karya
budaya bangsa, khususnya di Jawa Tengah. “Tidak jarang banyak pesan yang
disampaikan dalam karya seni oleh penciptanya. Budaya bangsa yang arif
ini wajib hukumnya untuk terus dijaga. Aset bangsa yang tak ternilai ini
harus terus dilestarikan dan digiatkan agar tidak hilang di tengah
masyarakat,” tambah sekda yang mengapresiasi positif kegiatan yang
jarang digelar di Kabupaten Grobogan.
Semoga lewat membaca geguritan harap sekda, semangat menggunakan
bahasa jawa dan menjaga bahasa daerah terus terjaga. Di tengah paparan
teknologi yang maju, zamannya gadget dan internet, mari kita lestarikan
bahasa jawa dan karya budaya bangsa ini. Tidak saja membuka acara, dalam
kesempatan tersebut, Sekda juga menyempatkan diri membaca geguritan
bertema pahlawan.
Suyadi, budayawan yang terlibat sebagai juri mengungkapkan, tidaks
aja jarang diperlombakan, namun Bahasa Jawa juga mulai jarang digunakan
dalam dialek sehari hari. “Ke depan semoga kegiatan serupa bisa kembali
digelar sehingga Geguritan atau puisi dalam bahasa Jawa lebih dikenal
terutama oleh kalangan muda,” harap seniman yang berpesan agar lomba
serupa digelar kembali.
Sedang, Latifa Ayu, peserta lomba asal SMP N 3 Purwodadi, yang
berhasil memperoleh juara satu dalam lomba membaca geguritan mengaku
senang dengan acara yang digelar sejumlah wartawan yang tergabung dalam
Wartawan Kreatif Grobogan. Lomba menbaca geguritan sudah jarang digelar
di Kabupaten Grobogan.
“Lomba ini jarang ada. Jika di rumah biasa pakai bahasa Jawa. Jadi
seneng ada lomba bisa jadi panggung,” aku siswa yang mengharapkan lomba
serupa kembali digelar di Kabupaten Grobogan.
Sumber : http://www.wawasan.co/home/detail/6891/Geguritan-Puisi-Yang-Dirindukan