SEMARANG –
Pernyataan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo tentang adanya temuan
tujuh kepala sekolah terindikasi paham radikal cukup mengejutkan. Banyak
pihak mendorong agar Ganjar mengambil tindakan tegas untuk
menyelematkan generasi bangsa dari paparan paham radikal.
Pengamat Radikalisme dan Terorisme dari Yayasan Prasasti Perdamaian
(YPP) Tayyip Malik mengatakan, dunia pendidikan memang menjadi sasaran
para aktor terorisme menyebarkan paham radikal. Paham itu disebarkan
melalui mata pelajaran, kegiatan ekstrakurikuler hingga menugaskan orang
untuk menjadi pengajar di sekolah-sekolah dan pondok pesantren.
“Selain guru, penyebaran radikalisme juga marak dilakukan melalui
kurikulum. GP Ansor belum lama ini menemukan banyak buku-buku ajar yang
isinya mendoktrin tentang radikalisme,” kata Tayyip.
Tayyip pun mendukung langkah tegas Ganjar untuk memberikan sanksi
tegas kepada oknum guru yang terlibat radikalisme. Sebab menurutnya,
radikalisme itu sulit diluruskan karena sudah terpatri dalam hati para
penganutnya.
“Saya setiap hari bergelut dengan teman-teman eks napiter. Memang yang paling sulit adalah mengubah mindset dan ideologi mereka, karena sudah terpapar sejak lama,” terangnya.
Pembinaan kepada oknum dunia pendidikan yang mengajarkan paham
radikal memang penting. Namun dia meyakini, hal itu akan sulit berhasil.
“Sanksi tegas berupa penurunan pangkat, pengurangan gaji hingga pemecatan terkadang diperlukan sebagai shock therapy. Saya rasa pemerintah bisa melakukan hal itu,” tegasnya.
Untuk mengantisipasi adanya penyebaran paham radikal di sekolah,
pemerintah lanjut Tayyip harus gencar melakukan sosialisasi tentang
kebangsaan. Selain itu, pemantauan kurikulum serta buku ajar harus
dilakukan berjenjang untuk memfilter adanya doktrin radikalisme.
“Lingkungan sekolah baik kegiatan ekstrakurikuler keagamaan serta
lingkungan sekitar sekolah juga harus diawasi agar penyebaran paham
radikal dapat diantisipasi. Intinya, radikalisme dalam dunia pendidikan
harus dilawan demi masa depan generasi bangsa,” pungkasnya.
Sementara itu, pakar psikologi Universitas Diponegoro Semarang,
Hastaning Sakti mengatakan, penyebaran radikalisme melalui dunia
pendidikan memang menjadi andalan para pelaku terorisme. Sebab
menurutnya, dunia pendidikan yang didominasi anak-anak akan mudah
dipengaruhi dan ditanamkan paham itu.
“Dibanding orang tua, penanaman paham ke anak-anak akan lebih mudah
dan efektif. Anak-anak itu secara psikologis akan mudah menerima apapun
itu yang diberikan, mencernanya dan masuk ke otak. Paham itu kemudian
akan terekam dalam otak sejak kecil dan menyatu,” terangnya.
Berbeda dengan orang dewasa, dimana pengetahuan membuat orang dewasa
akan memilah mana informasi yang baik atau buruk. Orang dewasa sudah
bisa berfikir mendalam dalam menerima setiap pengaruh dari luar.
“Untuk melawan itu, orang tua harus peka dalam mengawasi pendidikan
anaknya. Pemerintah juga harus terlibat dengan melakukan pendidikan budi
pekerti, nasionalisme dan kebangsaan untuk melawan paham-paham radikal
itu. Saya prihatin melihat anak sekarang sudah jarang yang memiliki budi
pekerti, dan itu menjadi pekerjaan rumah kita semuanya,” tutupnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo
saat menghadiri halaqah kiai santri tentang radikalisme di Salatiga pada
sabtu (14/9) mengatakan, penyebaran paham radikal marak dilakukan di
dunia pendidikan. Bahkan, dirinya menemukan ada tujuh kepala sekolah
SMA/SMK/SLB negeri di Jateng yang terafiliasi dengan paham-paham
radikal.
“Ketujuh kepala sekolah itu saat ini sedang dibina untuk kembali ke
jalan yang benar. Kalau tidak mau, ya diambil tindakan tegas,” kata
Ganjar.
Sumber : https://jatengprov.go.id/publik/ganjar-diminta-lebih-tegas-lawan-radikalisme/