SEMARANG – Jawa Tengah masih kekurangan sekolah luar
biasa (SLB) dan guru SLB. Akibatnya, dari 35.944 anak berkebutuhan
khusus di 35 kabupaten/ kota, baru 15.477 yang terlayani hak
pendidikannya. Parahnya lagi, ada lima kabupaten/ kota yang belum
memiliki SLB berstatus negeri. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
(Disdikbud) Jateng, Gatot Bambang Hastowo, menjelaskan, kekurangan guru
SLB disebabkan banyak yang memasuki masa pensiun.
Dari 1.437 guru PNS SLB di Jateng, 30 persennya akan pensiun pada
2019. Persoalan ini menjadi salah satu dari 15 persoalan setelah
peralihan kewenangan SMA/SMK/- SLB dari kabupaten/kota ke Pemprov. ”Ada
15 permasalahan yang dihadapi. Yang pertama kekurangan guru karena
pensiun, kekurangan tenaga terampil dan guru keterampilan. Bahkan ada
satu SLB yang hanya punya satu guru PNS,” kata Gatot, kemarin.
Jumlah SLB baik negeri maupun swasta masih sangat sedikit. Tercatat
baru ada 173 SLB negeri dan swasta di Jawa Tengah. Lima kabupaten/kota
yang belum memiliki SLB negeri adalah Demak, Klaten, Kabupaten Magelang,
Banyumas, dan Wonosobo.
Menurutnya, untuk mengantisipasi banyaknya anak berkebutuhan khusus
yang belum terlayani hak pendidikannya, tahun ini Pemprov akan membuat
SMK inklusipercontohan. Tujuannya, siswa disabilitas mendapatkan
keterampilan dan pengembangan potensi agar bisa hidup mandiri. Persoalan
lain adalah upaya membangun pendidikan khusus yang lebih bermutu.
Banyak guru yang belum berpendidikan S1 linier dengan mata pelajaran
yang diampu, sehingga belum dapat melakukan sertifikasi. Insentif guru
honorer di SLB swasta juga dikeluhkan mengingat peralihan kewenangan
berdampak pada hilangnya hak mereka. ”Hilangnya insentif guru honorer
SLB swasta setelah masuk provinsi ini akan kita coba temukan solusinya,
agar kesejahteraan mereka meningkat,” ujarnya.
Sumber Berita : http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/jateng-kekurangan-guru-slb/