Cari Blog Ini

Sabtu, 22 April 2017

Kirab Pataka Hari Kartini

REMBANG – Puncak peringatan Hari Kartini di Rembang tidak hanya diisi dengan upacara dan seremoni belaka. Namun sejumlah kegiatan seni, budaya dan sosial juga dilaksanakan.
Kamis malam kemarin, puncak peringatan ditandai dengan Kirab Pataka dari Pendapa Museum Kartini Rembang hingga ke Makam Kartini di Desa Bulu.
Kirab Pataka yang berisi kata- kata mutiara Pahlawan Emansipasi Perempuan oleh ribuan orang dari berbagai kalangan itu diawali pementasan tari Sang Kartini oleh sembilan perempuan dari Sanggar Cakraningrat Rembang.
Selanjutnya istri Bupati Hj Hasiroh Hafidz mengambil dua bendera pataka yang masingmasing bertuliskan kata-kata mutiara Kartini dan wajah Kartini untuk diserahkan ke Bupati Rembang Abdul Hafidz.
Bupati kemudian memasangkan pataka itu ke tiang bendera untuk dikirab. Kirab itu dilakukan secara estafet dengan tiga titik pemberhentian di Jalan Pemuda, Kecamatan Sulang dan Bulu. Para pengiring berjalan kaki dengan memakai baju kebaya dan adat Jawa.
Sedangkan pelajar banyak yang membawa lampion dengan berbagai bentuk dan gambar wajah Kartini. Selain Kirab Pataka, di Makam Kartini juga digelar wayang kulit semalam suntuk dengan dalang Ki Sigit Ariyanto. Abdul Hafidz mengatakan, kirab pataka merupakan prosesi yang sakral.
Kirab dimakmsudkan untuk memberikan gambaran kepada masyarakat saat RA Kartini disemayamkan dulu. “Masyarakat merasa mengiring jenazahnya Ibu Kartini saat menggelar Kirab Pataka,” kata dia.
Penghargaan
Sementara itu, di Alun-alun Rembang, Kamis malam juga digelar pemberian penghargaan dari Komunitas Ibu Cerdas Indonesia (KICI) Award 2017 kepada sepuluh perempuan inspiratif dari seluruh Indonesia. Dari sepuluh perempuan itu, dua di antaranya merupakan warga Rembang.
Yaitu Saswati Ningrum (36) warga Desa Sendangmulyo, Kecamatan Sumber dan Nurul Azizah Khoiriyah (40) asal Dukuh Nyikaran Desa Kemadu Kecamatan Sulang. Selain dua perempuan asal Rembang, ada delapan wanita lain dari berbagai daerah yang juga menerima penghargaan KICI Award 2017.
Di antaranya Hadijah (67) penggerak pendidikan dasar di DKI Jakarta, Farha Ciciek (54) aktivitas kemanusiaan dari desa Ledokombo Jember, Irma Husnul Hotimah (42) perintis sagon bakar crispy dari Tangerang Selatan.
Selanjutnya Novi Kurbiasih (32) aktivis buruh migran dari Semarang, pelopor aneka ragam kue kering asal Bandung Roro Ina Wiyandini (54),Karyati Vederubun seorang guru dari Maluku yang rela mengajar di tempat yang jauh hingga harus naik perahu terlebih dulu, Sugiarsih aktivis perempuan dari Sragen dan Ririn Hanjar Susilowati aktivitas HIV/AIDS dari Sragen.
Saswati salah satu penerima penghargaan mengatakan sebagai penyandang cacat bukan halangan untuk mengembangkan usaha konfeksi. Dia mengaku mengajak sesama penyandang cacat lainnya untuk ikut berkecimpung di “Saras Modist” yang dibinanya.
“Untuk menjadi Kartini masa kini itu mudah tidak perlu kaya tetapi dengan keterbatasan kita mau mengkontribusikan apa yang kita bisa untuk orangorang di sekitar kita. Kuncinya di mana ada kemauan di situ ada jalan,” kata dia.
Ratih Sanggarwati, pengiat KICI Award 2017 mengatakan perempuan Indonesia tidak boleh berpangku tangan ketika melihat ketertindasan yang dialami perempuan lain. Hal itulah yang dilakukan RA Kartini memperjuangkan hak-hak perempuan.
“Kami memilih Rembang menjadi tempat bermuhasabah dan silaturahmi. Kami berharap bisa menumbuhkan lebih banyak perempuan-perempuan cerdas seperti yang ada di Rembang,” kata dia.


Sumber Berita : http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/kirab-pataka-hari-kartini/