BATU dan jeram,
ditambah dinding tembok jurang di kedua sisi menjadi magnet wisata baru
di Desa Jurang, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus.
Penggemar wisata ekstrem memadati Desa
Jurang sepanjang Sabtu dan Minggu, akhir pekan lalu. Mereka memacu
adrenalin dengan tubing, kegiatan arung jeram dengan berbekal ban dalam
sebagai pelampung.
Butuh sekitar satu hingga dua jam untuk
melahap rute sejauh sekitar 4 kilometer. Tak hanya muda-mudi, sejumlah
orang tua juga penasaran dengan wisata baru yang digerakkan anggota
Karang Taruna Desa Jurang itu.
Tak sedikit yang terluka setelah
terjatuh dari ban. Yuli Setiawan (50) misalnya. Warga Desa Demaan,
Kecamatan Kudus Kota ini mencoba tubing di Sungai Gelis bersama lima
anggota keluarganya.
Ia terjatuh saat mencoba menyelamatkan
kakaknya yang juga terjatuh. Namun, aksi heroik itu justru memberi
ìkenang-kenanganî luka di kedua kakinya.”Risiko tubing memang seperti
ini.
Tapi justru ini yang menyenangkan dan
membuat ketagihan. Lain waktu saya akan ajak lagi keluarga ke sini,î
kata Yuli. Luka-luka yang dialami Yuli terobati oleh keindahan
pemandangan di sepanjang rute tubing.
ìTembok tebing di kedua sisinya sangat
indah. Saya sudah pernah ke Elo dan Gua Pindul. Dibanding keduanya, di
sini (Jurang ñ Red), bisa dikatakan lebih bagus dan menantang.”
Hal senada diungkapkan Pia. Peempuan
pehobi olahraga arung jeram ini mengaku ketagihan mencoba lagi tubing di
Jurang. ìSayang sekali baru ditemukan saat ini.
Seharusnya tubing di Desa Jurang bisa
dikemas lebih menarik lagi, melibatkan pemerintah setempat.” Ketua
Karang Taruna Desa Jurang, Wahyul Huda (29) mengatakan, wisata tubing di
Desa Jurang digagas pemuda yang tergabung dalam Karang Taruna.
Ketika struktur organisasi yang baru
terbentuk, pihaknya menggali potensi yang ada di desa. ”Program
pemberdayaan sudah banyak yang melakukan. Ketika melihat desa kami punya
sungai, kami pun menggarapnya.” Wisata tubing mulai dirintis sebulan
lalu.
Mereka berkali-kali mencoba tubing untuk
memastikan keamanan di sepanjang rute. Baru Sabtu dan Minggu (1-2/4)
lalu, pihaknya membukanya untuk wisatawan.
”Kami harus memastikan rute ini aman.
Ranting dan sampah-sampah di sepanjang sungai kami bersihkan. Persoalan
sampah masih menjadi kendala utama kami,î kata Wahyul.
Masih rendahnya kesadaran warga untuk tidak membuang sampah ke sungai menjadi tantangan terberat kelompok pemuda Karang Taruna.
Selain warga di sepanjang aliran sungai,
tak sedikit pengendara bermotor yang kedapatan membuang sampah
terbungkus plastik ke sungai.
”Sampah rumah tangga, hingga pampers
masih sering kami temui. Kami berencana memasang jaring agar sampah
tidak jatuh ke sungai. Sudah kami koordinasikan dengan pemerintah desa,î
katanya.
Persoalan Klasik
Persoalan pendanaan klasik. Wahyul
menuturkan, para anggota Karang Taruna harus patungan untuk membeli
perlengkapan ban dalam, jaket pelampung, dan helm. ”Dari patungan
terkumpul Rp 3 juta untuk membeli perlengkapan standar keamanan.
Kami juga mendapat pemasukan dari tiket
pengunjung.” Karena keterbatasan peralatan, pengunjung harus menunggu
hingga rombongan pertama finish dan kembali ke basecamp.
ìKarena keterbatasan peralatan, setiap rombongan hanya bisa membawa lima hingga enam pengunjung.
Mereka ditemani tiga guide,î katanya.
Wahyul dan kelompoknya juga telah memikirkan dokumentasi para peserta.
Dua fotografer diterjunkan di sejumlah titik untuk memotret aksi
pengunjung.
Untuk mengembangkan potensi wisata
ekstrem itu, Wahyul dan rekan-rekannya terus berburu sumber pendanaan
baru. Salah satunya dengan merayu pihak desa untuk mengalokasikan dana
desa untuk pengembangkan potensi wisata Desa Jurang.
”Banyak pengunjung yang kemudian berminat untuk berinvestasi.” Peran desa juga penting untuk menjaga sepanjang rute tetap alami.
Pasalnya, di sejumlah titik rute
tersebut kini marak penambangan batu dan pasir yang dikelola warga.
”Penambangan ini sebenarnya liar, tapi kami tak berani mengusik karena
ini berkaitan dengan perut warga. Kami berharap ke depan ada solusinya.”Sumber Berita : http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/memopulerkan-wisata-tubing/