JEPARA – Tahun ini
menjadi sejarah bagi harga garam di Jepara. Pasalnya, harga garam
kualitas I mencapai Rp 230.000 ribu per kuintal atau Rp 2.300/kilogram.
Sebelumnya, harga garam dengan kualitas terbaik tersebut hanya Rp
1.200/kilogram.
Melonjaknya harga garam tersebut membuat
para petani di sentra produksi garam di Jepara, yakni di sepanjang
pesisir Kecamatan Kedung nekat mulai menggarap lahan.
Meski kondisi cuaca belum menentu. Hujan
masih seringkali mengguyur wilayah Jepara, sehingga bisa merusak garam
yang tengah proses produksi.
Kenyataan itu disampaikan Kepala Desa
Kedungmalang Kecamatan Kedung, Fahrur Rozikin. Menurut dia, petani garam
yang selalu mengandalkan panas matahari untuk berproduksi harus
menunggu musim puncak panas.
Biasanya dimulai pada Juli, Agustus
hingga Oktober. Tapi banyak petani yang memulai lebih awal, karena harga
jual garam saat ini sangat tinggi.
Gagal Panen
‘’Konsekuensinya memang bisa gagal
panen, karena hujan masih sering turun. Ketika dalam proses produksi
garam terjadi hujan, biasanya prosesnya harus diulang dari awal,
sehingga biayanya juga tidak sedikit.
Tapi ketika berhasil memang mendapatkan
hasil yang memuaskan karena laku mahal,’’ bebernya. Di sisi lain,
Rozikin melanjutkan, tingginya harga jual garam mendorong para petani
atau pengepul garam menjual garam yang sebelumnya disimpan dalam jumlah
banyak di gudang.
Pengusaha garam asal Desa Panggung
Kecamatan Kedung, Abdul Lafiq mengemukakan jika harga garam saat ini
memang paling tinggi dalam sejarah.
Dalam catatannya, pada 2010 lalu harga
jual garam dari petani pernah mencapai Rp 1.500/kilogram untuk garam
kualitas I. Tapi saat ini mencapai Rp 2.300/kilogram. Normalnya harga
garam di kisaran Rp 320/kilogram.
‘’Saat ini memang banyak petani yang
memulai lebih awal proses produksi garam. Berharap bisa merasakan
tingginya harga jual garam,’’ tuturnya. Meski demikian, lanjut dia, tak
banyak petani garam yang saat ini bisa menikmati harga garam yang tinggi
itu.
Sebab mayoritas petani sudah melepas
simpanan garamnya sejak dua bulan lalu, saat harga garam mencapai Rp
700/kilogram. Dijualnya garam tersebut untuk persiapan produksi tahun
ini. Untuk saat ini, lanjut dia, yang paling banyak menikmati tingginya
harga garam adalah para pengepul.
Sebab mereka masih memiliki banyak
simpanan garam di gudangnya. ‘’TIngginya harga garam saat ini
kemungkinan disebabkan banyaknya kegagalan musim tanam 2016 lalu. Di
Jepara (saat itu) produksi garam tidak maksimal,’’ tambahnya.Sumber Berita : http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/petani-garam-nekat-produksi/