PATI- Dampak banjir yang menggenangi areal
persawahan sejak awal bulan ini menyebabkan sedikitnya 949 hektare
tanaman padi petani di delapan wilayah kecamatan gagal panen.
Luasan
lahan terbanyak di wilayah Kecamatan Dukuhseti mencapai 634 hektare
dari luas seluruhnya 772 hektare. Tanaman padi itu ratarata baru berumur
30 sampai 60 hari.
Banjir yang terjadi di wilayah kecamatan, di
luar prakiraan akibat kondisi cuaca ekstrem di kawasan timur laut Lereng
Muria dan Gunung Celering. Dengan begitu, delapan dari 11 desa di
wilayah kecamatan itu tergenang air, yaitu Dukuhseti, Ngagel, Grogolan,
Alasdawa, Bakalan, Tegalombo, dan Desa Puncel.
Kepala Dinas
Pertanian (Dispertan) Kabupaten Pati, Muhtar Effendi, mengatakan, pekan
lalu pihaknya baru selesai melakukan pengamatan ke wilayah kecamatan
berdampak bencana tersebut, dan mendapatkan tanaman padi yang tergenang
air di delapan wilayah kecamatan itu seluruhnya mencapai 2.011 hektare.
Akan
tetapi, lahan yang mengalami puso rata-rata tanaman padi yang berumur
antara 30 sampai 40 hari. Dengan begitu, tanaman padi yang selesai
tahapaan proses pembuahannya, masih ada harapan untuk bisa diselamatkan.
Hal
itu dialami pula petani di 10 desa di wilayah Kecamatan Tayu, yaitu di
Desa Kalikalong, Dororejo, Luwang, Tayu Wetan, Tayu Kulon, Tunggulsari,
Keboromo, Bulungan, Tendas, dan Jepat Lor.
Di wilayah kecamatan
tersebut areal tanaman padi yang tergenang seluas 232 hekatare berumur
rata-rata 30 sampai 40 hari. Dari luasan tersebut yang mengalami gagal
panen mencapai 125 hektare, sehingga dari dua wilayah kecamatan
bertetangga itu yang mengalami kegagalan panen paling luas.
”Sisanya
di lima desa, di Kecamatan Jakenan seperti di Desa Karangrowo,
Ngastorejo, Sendangsoko, Sidoarum, dan Tondomulyo,” ujarnya.
Kali Juwana
Khusus
kecamatan yang bersangkutan, masih kata dia, berada di kawasan alur
Kali Juwana, sehingga jika cuaca ekstrem terjadinya genangan air tak
bisa dihindari. Sebab, alur kali tersebut juga merupakan tampungan air
dari banyak anak kali yang berhulu di Pegunungan Kendeng utara maupun
dari kawasan selatan Lereng Muria.
Di wilayah kecamatan ini sering
mengalami banjir lebih parah bila terjadi kiriman air dari Bendung
Pengendali Wilalung di Babalan, Kudus. Yakni, dibukanya pintu beendung
itu yang mengarah ke timur (Kali Juwana) karena alur Kali Wulan tak
mampu lagi menampung.
Tahun ini, lokasi di sepanjang kawasan alur
Kali Juwana tetap awan karena terjadinya genangan di sejumlah kecamatan
lainnya seperti Sukolilo, Kayen, dan Kecamatan Gabus tidak terjadi
limpasan air dari kali tersebut cukup besar.
Di Kecamatan Sukolilo, misalnya, tanaman padi para petani di Desa Prawoto, Wegil maupun Wotan, bisa dipanen maksimal.
Demikian
pula di Kecamatan Kayen juga aman dari genangan banjir, dan di
Kecamatan Gabus dari tujuh desa yang areal persawahan petani tergenang
170 hektare, untuk tanaman padi yang mengalami gagal panen seluas 105
hektare. Adapun di Kecamatan Juwana, hanya dua desa yang areal
persawahan petani tergenang air.
Masing-masing di Desa Margomulyo
dan Gadingrejo dengan terdapat areal tanaman padi seluas 110 hektare,
tapi yang mengalami gagal panen mencapai 85 hektare. ”Sebab ada tanaman
padi yang sudah berumur 50 hari, tapi ada pula yang baru berumur 25
sampai 30 hari,” jelasnya.
Sumber Berita : http://www.suaramerdeka.com/smcetak/detail/34922/949-Ha-Padi-Gagal-Panen