Cari Blog Ini

Kamis, 22 Februari 2018

949 Ha Padi Gagal Panen

PATI- Dampak banjir yang menggenangi areal persawahan sejak awal bulan ini menyebabkan sedikitnya 949 hektare tanaman padi petani di delapan wilayah kecamatan gagal panen.
Luasan lahan terbanyak di wilayah Kecamatan Dukuhseti mencapai 634 hektare dari luas seluruhnya 772 hektare. Tanaman padi itu ratarata baru berumur 30 sampai 60 hari.
Banjir yang terjadi di wilayah kecamatan, di luar prakiraan akibat kondisi cuaca ekstrem di kawasan timur laut Lereng Muria dan Gunung Celering. Dengan begitu, delapan dari 11 desa di wilayah kecamatan itu tergenang air, yaitu Dukuhseti, Ngagel, Grogolan, Alasdawa, Bakalan, Tegalombo, dan Desa Puncel.
Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Pati, Muhtar Effendi, mengatakan, pekan lalu pihaknya baru selesai melakukan pengamatan ke wilayah kecamatan berdampak bencana tersebut, dan mendapatkan tanaman padi yang tergenang air di delapan wilayah kecamatan itu seluruhnya mencapai 2.011 hektare.
Akan tetapi, lahan yang mengalami puso rata-rata tanaman padi yang berumur antara 30 sampai 40 hari. Dengan begitu, tanaman padi yang selesai tahapaan proses pembuahannya, masih ada harapan untuk bisa diselamatkan.
Hal itu dialami pula petani di 10 desa di wilayah Kecamatan Tayu, yaitu di Desa Kalikalong, Dororejo, Luwang, Tayu Wetan, Tayu Kulon, Tunggulsari, Keboromo, Bulungan, Tendas, dan Jepat Lor.
Di wilayah kecamatan tersebut areal tanaman padi yang tergenang seluas 232 hekatare berumur rata-rata 30 sampai 40 hari. Dari luasan tersebut yang mengalami gagal panen mencapai 125 hektare, sehingga dari dua wilayah kecamatan bertetangga itu yang mengalami kegagalan panen paling luas.
”Sisanya di lima desa, di Kecamatan Jakenan seperti di Desa Karangrowo, Ngastorejo, Sendangsoko, Sidoarum, dan Tondomulyo,” ujarnya.
Kali Juwana
Khusus kecamatan yang bersangkutan, masih kata dia, berada di kawasan alur Kali Juwana, sehingga jika cuaca ekstrem terjadinya genangan air tak bisa dihindari. Sebab, alur kali tersebut juga merupakan tampungan air dari banyak anak kali yang berhulu di Pegunungan Kendeng utara maupun dari kawasan selatan Lereng Muria.
Di wilayah kecamatan ini sering mengalami banjir lebih parah bila terjadi kiriman air dari Bendung Pengendali Wilalung di Babalan, Kudus. Yakni, dibukanya pintu beendung itu yang mengarah ke timur (Kali Juwana) karena alur Kali Wulan tak mampu lagi menampung.
Tahun ini, lokasi di sepanjang kawasan alur Kali Juwana tetap awan karena terjadinya genangan di sejumlah kecamatan lainnya seperti Sukolilo, Kayen, dan Kecamatan Gabus tidak terjadi limpasan air dari kali tersebut cukup besar.
Di Kecamatan Sukolilo, misalnya, tanaman padi para petani di Desa Prawoto, Wegil maupun Wotan, bisa dipanen maksimal.
Demikian pula di Kecamatan Kayen juga aman dari genangan banjir, dan di Kecamatan Gabus dari tujuh desa yang areal persawahan petani tergenang 170 hektare, untuk tanaman padi yang mengalami gagal panen seluas 105 hektare. Adapun di Kecamatan Juwana, hanya dua desa yang areal persawahan petani tergenang air.
Masing-masing di Desa Margomulyo dan Gadingrejo dengan terdapat areal tanaman padi seluas 110 hektare, tapi yang mengalami gagal panen mencapai 85 hektare. ”Sebab ada tanaman padi yang sudah berumur 50 hari, tapi ada pula yang baru berumur 25 sampai 30 hari,” jelasnya.


Sumber Berita : http://www.suaramerdeka.com/smcetak/detail/34922/949-Ha-Padi-Gagal-Panen