KUDUS UNDAAN - Ratusan hektare
tanaman padi di Desa Ngemplak, Kecamatan Undaan dikhawatirkan terkendala
memulai awal musim tanam (MT) I 2017-2018.
Pasalnya, air di Embung Ngemplak di perbatasan Desa Ngemplak dan Desa Karangrowo, Kecamatan Undaan saat ini menyusut.
Dari total area pertanian di Desa Ngemplak seluas 422 hektare, sekitar
70 persennya tergantung dari sumber irigasi embung. Kades Ngemplak,
Sutrisno menyatakan, sumber irigasi utama berasal dari Waduk Kedungombo.
Beberapa tahun terakhir, pasokan irigasi sering terlambat karena kondisi
geografis maupun letaknya yang paling jauh dibandingkan desa-desa
lainnya di Kecamatan Undaan.
”Banyak petani yang memanfaatkan air embung untuk proses pengolahan awal
lahan,” katanya. Saat kondisi air embung normal, penggelontoran air
mengandalkan energi gravitasi.
Sedangkan ketika air embung menyusut, petani sebenarnya dapat mengambil
air menggunakan pompa. Proses tersebut membutuhkan biaya untuk pembelian
bahan bakar maupun sewa genset. ”Kondisi seperti itu mungkin bukan
pilihan petani,” jelasnya.
Kemarau
Kondisi terakhir pada embung sepanjang 5 kilometer dan lebar 60 meter
dan kedalaman tujuh meter hingga delapan meter, kian menyusut.
Ketinggian air dari dasar hingga permukaan pada kondisi normal mencapai 5
meter.
Saat sekarang kedalaman air sekitar 1,5 meter dan bahkan kurang. Petani
setempat, Rif’an (50), mengaku manfaat Embung Ngemplak cukup penting.
Saat kemarau, air embung menjadi andalan sejumlah petani untuk modal
proses awal tanam. Ketika air embung penuh, sejumlah warga memanfaatkan
untuk budidaya perikanan. Tidak ada yang dapat dilakukan kecuali
menunggu hujan tiba.
Saat hujan, air ditampung di dalam embung dan dapat digunakan ketika
diperlukan. ”Kami berharap kemarau segera berakhir dan kami dapat
memulai MT I,” ujarnya.
Sumber Berita : https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/116377/air-embung-ngempak-menyusut