Cari Blog Ini
Kamis, 23 Februari 2017
Pecah Konsentrasi Pelayat, Kirim Ambulans Kosong Ribuan Orang Hadiri Pemakaman KH Nafi’ Abdillah
PATI – Ribuan warga mengiringi pemakaman KH Ahmad Nafi’ Abdillah dini hari kemarin. Direktur Perguruan Islam Matholi’ul Falah (PIM) Desa Kajen, Margoyoso, itu dimakamkan dekat makam ayahnya KH Abdullah Salam.
Sejak Selasa petang (21/2), ribuan orang sudah memenuhi jalan di Desa Kajen. Kendaraan dari pelat nopol luar kota tampak parkir berjajar. Mereka menunggu jenazah Kiai Nafi Abdillah yang wafat di Turki pasca umrah pada Minggu (19/2/) lalu.
Puluhan karangan bunga juga terlihat berderet-deret memenuhi sudut area rumah sang kiai. Karangan tersebut di antaranya dari Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin. Terpampang pula karangan bunga dari bupati, kapolda, dan pejabat lainnya.
Semakin malam, pelayat semakin banyak berdatangan. Ada yang memakai kendaraan pribadi mini bus, bahkan ada rombongan yang rela naik di bak truk supaya bisa memberikan penghormatan terakhir kepada guru yang dicintainya.
Jalanan yang biasanya lancar, malam itu sangat macet. Terutama di kompleks rumah almarhun KH. Sahal Mahfudz dan KH. Nafi’ Abdillah. Pelayat menunggu berjam-jam sambil membaca surat Al-Ikhlas dan tahlil. Di kompleks pemakaman Abdullah Salam dekat komplek Ponpes Mathali’ul Huda juga tampak begitu rapat dipenuhi pelayat. Sulit ditembus kecuali dengan memaksa. Bahkan beberapa pintu alternatif juga ditutup.
Iringan ambulans dari Bandara Ahmad Yani Semarang tiba sekitar pukul 23.30. Ambulans putih milik NU Care Laziznu tersebut tidak langsung ke maqbarah, melainkan melaju lurus ke arah kediaman abah Nafi’. Ambulans tersebut parkir tepat di depan rumah kediaman kiai.
Kedatangan ambulans itu disambut dengan gema tahlil dan riuh tangis pelayat. Bahkan pelayat bejubel di sekitar mobil itu. Mereka mengira jenazah abah Nafi’ ada di mobil tersebut. Padahal ambulans tersebut hanyalah strategi polisi dan Banser sebagai pemecah kosentrasi agar pelayat tidak berdesak-desakan.
Hampir bersamaan, ambulans putih milik RSI Pati lewat, tidak ada yang tahu bahwa sebetulnya di dalam mobil tersebut terdapat jenazah abah Nafi’. Ambulance langsung melenggang menuju RSI Pati yang berlokasi di dekat kompleks pemakaman. Di sana, jenazah dimandikan dan dikafani. Hanya keluarga besar yang mengetahui hal tersebut.
Setelah menyadari kalau Ambulans Lazinu sebagai pemecah kosentrasi, sekitar pukul 24.00, para pelayat mulai menuju ke satu titik, yaitu di kompleks makam keluarga maqbarah KH. Abdullah Salam.
Pelayat semakin berdesak-desakan. Tak hanya santri, masyarakat mulai anak-anak, tua, muda, laki-laki, perempuan berdesakan di area pemakaman tersebut. Jalan arah ke makam kian sulit ditembus. Beberapa gerbang arah ke maqbarah juga ditutup. Bahkan Banser dan polisi yang bertugas menertibkan tampak kewalahan. Sesekali mereka berteriak “Yang tertib, jangan berdesakan”.
Lantunan kalimat tauhid terus menggema. Ucapan Lailahaillah, Lailahaillah yang dipimpin dengan speaker sudah dilantukan sejak beberapa jam yang lalu seakan tiada henti. Para pelayat masih menunggu kedatangan jenazah kiai yang terkenal dengan ketawadhu’annya itu.
Pukul 01.00, iringan mobil sudah mulai memasuki kompleks pemakaman. Banser dan polisi menyibak kerumunan memberikan jalan. Namun hal ini tak mudah. Petugas beberapa kali berteriak dan menghidupkan alat strumnya. ”Awas minggir. Abah kasih jalan,” teriak salah satu petugas dari Banser.
Ketika jenazah dikeluarkan dari mobil, sontak ribuan tangan diangkat seakan memberikan salam kepada kiai pengasuh Matholi’ul Falah tersebut.
Sebelum dimakamkan, jenazah disemayamkan di masjid kompleks PMH pusat untuk di salati. Salat jenazah itu berlangsung empat gelombang. Tiap gelombang diimami bergantian dengan ribuan jamaah berdempet-dempet penuh sesak dalam tiap gelombang. ”Alhamdulillah, masih bisa mensalati Abah Nafi’ walau harus berdesakan dengan ribuan orang,” jelas Umam, salah seorang santri asal Kudus.
Dia mengaku sengaja datang dari Kudus untuk memberi penghormatan terakhir kepada kiai yang terkenal tawadlu’ tersebut. ”Walau tidak pernah mengaji secara langsung, akan tetapi datang ke pemakaman ulama merupakan bagian bentuk cinta kepada ulama,” tambahnya.
Sambutan demi sambutan terdengar sayup-sayup karena begitu riuhnya keadaan saat itu. Pelepasan jenazah ditutup dengan doa dan isak tangis yang membuat keadaan dini hari itu semakin haru.
Saat pemakaman berlangsung, pelayat dilarang memasuki ruangan kompleks pemakaman. Bahkan para pelayat yang menggunakan kamera untuk mengabadikan proses pemakaman dilarang. Ruangan ditutup, hanya beberapa keluarga dan petugas yang di dalam. Pelayat hanya bisa menyaksikan dari luar melalui kaca maupun sela-sela kayu.
Setelah prosesi pemakaman usai, dilanjutkan doa dan tahlil. Para pelayat masih banyak yang di pemakaman. Namun sebagian besar sudah mulai meninggalkan area kembali ke rumah masing-masing.
Sumber Berita : http://radarkudus.jawapos.com/read/2017/02/23/3235/pecah-konsentrasi-pelayat-kirim-ambulans-kosong/
Diposting oleh
102,6radioharbosfm
Label:
berita