JEPARA- Risiko tabrakan
antarkapal di perairan Kabupaten Jepara saat ini makin besar seiring
makin ramainya wilayah perairan tersebut jadi tempat perlintasan.
Perlintasan itu baik jalur pelayaran
Jepara-Karimunjawa, pelayaran antarwilayah di Jawa, maupun antarpulau.
Selama ini kasus kapal pecah banyak disebabkan oleh hantaman ombak,
namun persentasenya kurang dari 1 persen dari semua kasus kapal pecah.
Saat ini dengan makin ramainya wilayah perairan itu, risiko tabrakan
antarkapal jauh lebih besar.
Salah satu faktor penyebab tabrakan
antarkapal, yaitu banyak kapal tidak memiliki perlengkapan
telekomunikasi yang memadai. Minimal radio telekomunikasi, yang memiliki
spesifikasi sesuai dengan jarak yang akan ditempuh kapal.
Terkini, tabrakan antarkapal terjadi di
Pantai Empurancak, Kecamatan Mlonggo, Jepara, Rabu (3/5) dini hari.
Kapal yang ditumpangi tiga nelayan ditabrak pinisi yang berlayar dari
Semarang. Seorang nelayan, Karsani, warga Karanggondang, Mlonggo, tewas
dalam kejadian itu (SM, 4/5).
Bisa Dideteksi
ìRisiko tabrakan di perairan Jepara kini
makin besar. Penyebabnya banyak kapal tidak melengkapi dengan alat
telekomunikasi yang memadai. Tak semua kapal, termasuk kapal nelayan,
memiliki radio telekomunikasi,î kata Kepala Stasiun Radio Pantai (SROP)
Jepara, Edi Pitono, Kamis (4/5). Menurut dia, berdasarkan peraturan,
kapal penumpang dan kapal barang, termasuk tugboat atau penarik
tongkang, harus dilengkapi automatically identification system (AIS).
Dengan peranti itu, jalur kapal bisa dideteksi.
”Kami pun bisa memonitor. Jika kapal
keluar jalur atau ada risiko menabrak kapal lain, kami bisa cepat
mengingatkan. Jika tidak maka risiko kecelakaan lebih besar. Peraturan
agar pelayaran aman sebenarnya sudah ada tapi manusia kadang tidak
mematuhi.”
Untuk pelayaran di perairan Pulau Jawa,
dikatakan perairan Jepara selalu dilintasi trip Surabaya, Semarang, dan
Jakarta. Sementara untuk antarpulau, banyak kapal dari Sulawesi,
Kalimantan, dan Bangka Belitung yang melintas, baik untuk menyuplai
barang ke Jepara maupun sejumlah daerah di Jateng dan sekitarnya.
Kesadaran mengenai keselamatan melaut diakuinya sulit.
Bahkan untuk memakai life jacket saja,
enggan. Itu karena mereka terlalu percaya diri. Padahal life jacket
paling tidak mengurangi risiko fatal saat terjadi kecelakaan di laut.
Demikian pula dengan pemberian informasi saat berangkat.
Terkait tabrakan antara kapal nelayan
dan pinisi di perairan Pantai Empurancak, Edi belum mengetahui secara
pasti penyebabnya. Yang jelas jalur pelayaran dari dua kapal tidak
terlacak. ìBisa saja kapal nelayan tak memiliki lampu sehingga menabrak
atau karena kapten kapal pinisi mengantuk.”Sumber Berita : http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/minim-perlengkapan-risiko-tabrakan-besar/