Cari Blog Ini

Sabtu, 06 Mei 2017

Minim Perlengkapan Risiko Tabrakan Besar Kapal Nelayan Dievakuasi

JEPARA- Risiko tabrakan antarkapal di perairan Kabupaten Jepara saat ini makin besar seiring makin ramainya wilayah perairan tersebut jadi tempat perlintasan.
Perlintasan itu baik jalur pelayaran Jepara-Karimunjawa, pelayaran antarwilayah di Jawa, maupun antarpulau. Selama ini kasus kapal pecah banyak disebabkan oleh hantaman ombak, namun persentasenya kurang dari 1 persen dari semua kasus kapal pecah. Saat ini dengan makin ramainya wilayah perairan itu, risiko tabrakan antarkapal jauh lebih besar.
Salah satu faktor penyebab tabrakan antarkapal, yaitu banyak kapal tidak memiliki perlengkapan telekomunikasi yang memadai. Minimal radio telekomunikasi, yang memiliki spesifikasi sesuai dengan jarak yang akan ditempuh kapal.
Terkini, tabrakan antarkapal terjadi di Pantai Empurancak, Kecamatan Mlonggo, Jepara, Rabu (3/5) dini hari. Kapal yang ditumpangi tiga nelayan ditabrak pinisi yang berlayar dari Semarang. Seorang nelayan, Karsani, warga Karanggondang, Mlonggo, tewas dalam kejadian itu (SM, 4/5).
Bisa Dideteksi
ìRisiko tabrakan di perairan Jepara kini makin besar. Penyebabnya banyak kapal tidak melengkapi dengan alat telekomunikasi yang memadai. Tak semua kapal, termasuk kapal nelayan, memiliki radio telekomunikasi,î kata Kepala Stasiun Radio Pantai (SROP) Jepara, Edi Pitono, Kamis (4/5). Menurut dia, berdasarkan peraturan, kapal penumpang dan kapal barang, termasuk tugboat atau penarik tongkang, harus dilengkapi automatically identification system (AIS). Dengan peranti itu, jalur kapal bisa dideteksi.
”Kami pun bisa memonitor. Jika kapal keluar jalur atau ada risiko menabrak kapal lain, kami bisa cepat mengingatkan. Jika tidak maka risiko kecelakaan lebih besar. Peraturan agar pelayaran aman sebenarnya sudah ada tapi manusia kadang tidak mematuhi.”
Untuk pelayaran di perairan Pulau Jawa, dikatakan perairan Jepara selalu dilintasi trip Surabaya, Semarang, dan Jakarta. Sementara untuk antarpulau, banyak kapal dari Sulawesi, Kalimantan, dan Bangka Belitung yang melintas, baik untuk menyuplai barang ke Jepara maupun sejumlah daerah di Jateng dan sekitarnya. Kesadaran mengenai keselamatan melaut diakuinya sulit.
Bahkan untuk memakai life jacket saja, enggan. Itu karena mereka terlalu percaya diri. Padahal life jacket paling tidak mengurangi risiko fatal saat terjadi kecelakaan di laut. Demikian pula dengan pemberian informasi saat berangkat.
Terkait tabrakan antara kapal nelayan dan pinisi di perairan Pantai Empurancak, Edi belum mengetahui secara pasti penyebabnya. Yang jelas jalur pelayaran dari dua kapal tidak terlacak. ìBisa saja kapal nelayan tak memiliki lampu sehingga menabrak atau karena kapten kapal pinisi mengantuk.”

Sumber Berita : http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/minim-perlengkapan-risiko-tabrakan-besar/