JEPARA- Untuk memenuhi kebutuhan beras, warga maupun
pelaku usaha pariwisata di Karimunjawa mengandalkan distribusi dari
daratan Jepara. Itu lantaran di wilayah kepulauan itu nyaris tak ada
sawah.
Satu-satunya sawah yang selalu menghasilkan gabah itu ada di Dukuh
Cik Mas Desa/Kecamatan Karimunjawa. Lantaran tak mendapat lirikan dari
pemerintah, hasil pertaniannya tak maksimal.
Secara keseluruhan, hasil panen hanya mencukupi kebutuhan warga satu
dukuh itu. Ketua Kelompok Tani Sopo Nyono, Traweh menyampaikan, sawah
yang hanya satu-satunya di wilayah Karimunjawa itu seluas 13 hektare.
Tiap hektare hanya mampu menghasilkan gabah 4 ton. Setiap gabah 4 ton,
mampu menghasilkan beras 2,5 ton.
Pengelolaan Khusus
”Pertanian di Karimunjawa tidak pernah mendapat perhatian
pemerintah. Penyuluh lapangan tidak ada, bantuan pupuk juga tidak ada,”
keluh Traweh. Lantaran di wilayah Kepulauan Kecil, Traweh melanjutkan,
sawah di Karimunjawa membutuhkan pengelolaan khusus. Karakter tanah di
sawah masih bercampur pasir dan tanah liat.
Agar hasil tanaman padi maksimal, butuh pupuk yang cukup banyak.
Setidaknya, empat ton pupuk dibutuhkan dalam setahun. Ketiadaan bantuan
pupuk, tuturnya, akan memberatkan petani. Sebab harga pupuk satu karung
dengan berat 50 kilogram sebesar Rp 145 ribu.
Sementara untuk pengairan, diambilkan dari sumber mata air. ”Jika
musim hujan lebih lama dalam satu tahun, maka sawah mampu panen padi
sebanyak tiga kali. Tapi jika sebaliknya, dalam setahun petani hanya
bisa panen dua kali,” urainya.
Dirinya berkeyakinan, jika masalah pertanian di Karimunjawa
diperhatikan pemerintah, warga Karimunjawa tidak perlu selalu bergantung
pasokan kebutuhan pangan dari daratan Jepara. Menurutnya cabai dan
beberapa jenis sayuran sebenarnya bisa ditanam di Karimunjawa. ”Dengan
niatan agar pertanian di Karimunjawa mendapatkan perhatian, kami
mengadakan festival memeden sawah,” tegasnya.
Selain tujuan itu, festival tersebut diharapkan dapat menjadi objek
wisata alternatif. Kegiatan ini diadakan bekerjasama dengan Yayasan
Pitulikur Pulo. Pengurus Yayasan Pitulikur Pulo Djati Utomo menambahkan,
kegiatan Festival Memeden Sawah akan dimulai sejak Minggu (30/4).
Kegiatan diisi dengan beragam pentas kesenian tradisional dan pameran
seni instalasi di tengah-tengah sawah.
Sumber Berita : http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/pertanian-di-karimunjawa-butuh-perhatian/