PATI-Usaha penetasan telur bebek di Kecamatan
Margoyoso, Pati, cukup menjanjikan. Hal itulah yang mendorong sebagian
masyarakat di sana menggeluti bisinis tersebut. Seperti Miftahul Huda,
warga RT 1/RW I ini. Seperti apa?MIFTAHUL Huda sedang sibuk di tempat
penetasan telur yang berada di dekat dapur rumahnya. Ia memilih lokasi
yang cukup penerangan dan suhunya tidak terlalu dingin. Karena usaha
yang ia geluti ini, berkaitan dengan proses penetasan, maka tempat
setrategis menjadi pertimbangannya.
Di tempat itu, ada ratusan butir
telur yang berjajar rapi di dalam rak. Berada di rak paling atas telur
berwarna biru itu, mendapat penerangan lampu dop. Huda,
membolak-balikkan telur itu, agar setiap sudutnya mendapat suhu yang
seimbang.
”Ini kegiatan rutin yang tidak boleh
ditinggalkan. Selama proses penetasan ya seperti ini. Harus sabar, agar
hasilnya juga maksimal,” kata Huda.
Ia menyebutkan, prosesnya
membutuhkan waktu hampir sebulan. Selain itu, pelaku usaha tidak boleh
lengah memantau perkembangannya. Karena terjadi kesalahan sedikit saja,
bisa gagal.
”Untuk menetaskan telur bebek,
membutuhkan suhu sebesar 37 hingga 37 derajat celcius. Setelah 15 hari
pemanasan, maka telur harus dibolak-balik dan ditetesi air setiap 4 jam.
Hal tersebut bertujuan agar kelembaban udara tetap terjaga,” ujarnya.
Huda mengaku, menggeluti usaha
tersebut baru beberapa bulan. Awalnya hanya mencoba, karena prospek
penetasan telur bebek belum begitu banyak. Sehingga, bagi dia peluang
untuk mengembangkan usaha tersebut.
Sebelumnya, ia mengeluarkan dana
lebih dari Rp 5 juta untuk membeli mesin penetas. Dari modal tersebut,
ia mulai memanen hasil yang lumayan. Karena dengan alat-alat tersebut,
sedikitnya bisa menetaskan hingga 3200 telur bebek setiap bulannya.
Selama menjalankan bisnis itu, Huda
juga mengalami berbagai macam kendala. Seperti naik turunnya harga bibit
bebek hingga biaya penetasan yang mencapai jutaan rupiah. ”Untuk
menetaskan telur, rumah perlu menambah daya listrik hingga 1300 watt.
Sehingga perbulannya harus membayar tagihan listrik mencapai Rp 1,2
juta,” imbuhnya.
Lanjutnya, jika tarif dasar listrik
terus dinaikan oleh pemerintah, maka kelangsungan bisnis penetasan telur
akan terganggu. Sebab, kalau terbebani tagihan listrik yang mahal,
tentu akan memberatkan para pengusaha.
Selain itu, kendala kurangnya modal
juga dirasakan Huda. Ia berpendapat, seandainya pemerintah mau membantu
mengembangkan usahanya pasti ke depannya banyak kemajuan. Untuk harga
sepasang bibit bebek yang ditetaskan, Huda mematoknya dengan harga Rp
7700.
Harga tersebut bisa naik turun,
tergantung jumlah pesanan. Karena jika jumlah pesanan bertambah banyak,
harganya pasti akan mengalami kenaikan secara signifikan. ”Dulu pernah
sampai Rp 9000 perpasang. Karena pada saat itu saingannya cuma sedikit.
Tapi sekarang kan pengusaha penetasan telur sudah lumayan banyak di
desanya. Sehingga harga berangsur-angsur turun,” katanya. Sumber Berita : https://www.patikab.go.id/v2/id/2017/06/05/inilah-salah-satu-usaha-rakyat-yang-paling-terdamp/