Bertempat di Walter E. Washington Convention Center, Washington DC,
Amerika Serikat, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius
Jonan menjadi pembicara kunci pada 27th World Gas Conference (WGC), yang
digelar pada 27 Juni 2018 waktu setempat.
Pada diskusi bertajuk What Next for The Asia Pasific Gas Market
tersebut, Menteri Jonan menyampaikan permintaan gas di Asia akan terus
meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi terutama di Cina, India,
Korea Selatan, termasuk Indonesia. Bahkan untuk kawasan ASEAN
diperkirakan pada periode 2017 - 2035, dari kapasitas daya tambahan yang
diperkirakan akan mencapai 270 Giga Watt (GW), 49 GW diantaranya akan
disuplai dari gas.
"Di Indonesia, gas telah mengambil peran penting, dimana porsi gas
dalam bauran energi akan meningkat menjadi 22% pada tahun 2025 dan 24%
pada 2050. Saat ini, sekitar 62% gas Indonesia digunakan untuk domestik
dengan sektor listrik dan industri sebagai konsumen gas terbesar, selain
digunakan sebagai bahan baku dalam industri pupuk, LNG domestik,
lifting, gas kota dan transportasi," ungkap Menteri Jonan.
Menanggapi pertanyaan yang diutarakan moderator Nobuo Tanaka, yang
juga merupakan Chairman The Sasakawa Peace Foundation dan mantan
Direktur Eksekutif International Energy Agency (IEA) terkait prediksi
Indonesia menjadi importir gas mulai 2040, Menteri ESDM menyatakan bisa
jadi hal tersebut benar, tetapi perlu dicatat bahwa Indonesia kini
memiliki dua buah proyek gas andalan masa depan. "Indonesia baru saja
sepakat mengembangkan lapangan gas besar di Selat Makassar yaitu
Indonesia Deepwater Development (IDD) oleh Chevron dan Blok Masela oleh
Inpex dan Shell. Prediksi (IEA) tersebut mungkin belum mempertimbangkan
hadirnya dua proyek besar ini," tutur Jonan.
Proyek IDD Chevron dan pengembangan lapangan Abadi di Blok Masela
adalah dua proyek gas raksasa yang masuk dalam proyek strategis
nasional. Dari Blok Masela dan proyek laut dalam (IDD) di lapangan
Gendalo dan Gehem, Selat Makasar, Indonesia bisa mendapat tambahan
pasokan gas yang cukup besar.
Walaupun kebutuhan gas domestik nantinya dapat terpenuhi dari
produksi nasional, lebih lanjut Jonan menyampaikan, Pemerintah Indonesia
bukanlah pemerintah yang anti impor gas. "Apabila produsen gas lokal
tidak efisien dan memberikan harga yang mahal, maka pemerintah akan
membuka keran impor," pungkasnya.
Selain Jonan, pembicara dalam forum ini antara lain Yalan Li,
Chairperson of the Board of Directors Beijing Gas Group, Executive Vice
President & CEO Upstream PETRONAS Anuar Taib, dan Chairman JERA
Hendrik Gordenker.
WGC sendiri merupakan event 3 tahunan yang diselenggarakan oleh
negara yang memegang tampuk presidensi International Gas Union. Di
Washington, acara ini merupakan konferensi ke-27 setelah tiga tahun lalu
digelar di Paris, Prancis. WGC dihadiri oleh pemimpin berpengaruh
bidang energi, pengusaha dari berbagai negara, maupun anggota senat dan
kongres Amerika Serikat.
Selain menjadi pembicara kunci di Kunjungan ke AS ini juga
dimanfaatkan Menteri Jonan dan delegasi Indonesia untuk menghadiri
dialog antara menteri energi yang tergabung di APEC dengan CEO
perusahaan LNG, pertemuan dengan US-Asean Bussiness Council, menghadiri
CSIS-Pertamina Banyan Tree Leadership Forum, serta pertemuan dengan
masyarakat Indonesia untuk menjelaskan perkembangan kinerja sektor
minyak dan gas.
Sumber Berita : https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/jadi-pembicara-kunci-konferensi-gas-dunia-ke-27-menteri-jonan-sampaikan-2-proyek-gas-masa-depan-indonesia