PURWODADI- Kemarau panjang telah melanda sejumlah daerah di
Kabuoaten Grobogan. Kekeringan melanda sejumlah daerah di Kabupaten
Grobogan. Kekeringan cukup parah salahsatunya dialami warga Desa
Ngrandah, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan. Sebagian warga terpaksa
membuat sumur di tengah sungai atau disebut belik untuk mendampatkan air
yang mereka butuhkan.
Marmi, warga Dusun Ngrandah saat ditemui mengaku, warga telah mengalami kesulitan air sejak tiga bulan terakhir.
Warga memanfaatkan aliran sungai dengan membuat belik, untuk
kebutuhan mandi dan mencuci. Ia menunggu tetes demi tetes air yang
terkumpul di dalam lubang yang ia buat. Lubang sedalam satu meter ini
menjadi tumpuan hidupnya. “Kami terpaksa menggali lubang di sungai agar
dapat air, tapi itu juga keluarnya air sedikit. Sehingga harus ditunggu
beberapa jam untuk dapat diambil airnya lagi,” tuturnya.
Kesulitan air bersih juga diutarakan Supiyo (70), setiap hari ia
harus berjalan kaki mengangkat ember untuk mendapatkan air bersih. Ia
memanfaatkan sumur di tengah sungai. Di usianya yang sudah senja, ia
setiap hari selalu ke sumur ini untuk mengambil air.
“Sumur ini sudah dibuat setahun yang lalu. Setelah kekeringan, lumpur
yang sebelumnya memenuhi lubang sumur saya bersihkan agar bisa
dimanfaatkan kembali. Kebutuhan airnya kan cukup banyak,” akunya.
Supiyo menambahkan, air dari belik ini hanya dimanfaatkan untuk mandi
dan mencuci saja. Sedangkan untuk kebutuhan minum dan memasak, ia harus
membeli air tangki yang disimpan di sumur miliknya. Setiap tangki air
ia harus mengeluarkan biaya Rp 120 ribu.
“Sumur kan kering, makanya saya belikan air untuk kebutuhan minum dan
masak. Kalau harus beli air terus kan cukup berat. Air dan belik hanya
untuk mandi dan mencuci saja,” katanya.
Warga berharap, ada pihak yang memberikan bantuan air , sehingga bisa
membantu memenuhi kebutuhan air. Kekeringan juga melanda Kecamatan
Tanggungharjo, tanaman jagung yang menjadi harapan petani terancam tidak
berbuah. "Tidak pernah hujan. Hujan sempat tapi hanya gerimis sehingga
enggak cukup menghidupi tanaman," kata Srini, petani asal Desa
Sugihmanik.
Untuk kebutuhan air, sebagian besar warga mengandalkan sistim
pipanisasi baik yang telah dibuat oleh PDAM maupun oleh pelaku usaha
lokal. "Air untuk mandi dan kebutuha rumah tangga masih lumayan bisa
terpenuhi. Tapi untuk pertanian yang lebih menakutka ," katanya.
Sumber Berita : http://www.wawasan.co/home/detail/5122/Belik-di-Sungai-Kering-Jadi-Harapan-Saat-Sulit-Air