JEPARA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG) memperkirakan kemarau tahun ini merupakan kemarau
basah. Kondisi itu dikhawatirkan akan menurunkan produktivitas pohon
durian.
Edi Sulthon dari Komunitas Maniak Durian menjelaskan, faktor cuaca
memang menjadi faktor penentu kualitas dan kuantitas durian. Tingginya
intensitas hujan saat pohon durian berbunga akan menurunkan tingkat
produktivitas.
Sebab serbuk sari dari pohon durian akan rontok ke bawah. ”Ini bisa
dilihat pada 2016 lalu. Saat itu kemarau basah. Kualitas durian, seperti
rasa menurun. Kuantitas juga menurun banyak.
Sebab pohon durian mulai berbunga saat memasuki puncak musim
kemarau,” kata Sulthon, kemarin. Berdasarkan siklus pembuahan di Jepara,
imbuh dia, pohon durian mulai berbunga pada bulan Agustus.
Sementara itu, untuk musim panen antara Desember, Januari, dan
Februari. ”Pengamatan saya, ini sudah ada beberapa pohon yang berbunga.
Dari berbunga hingga buah masak memang butuh waktu cukup lama. Dengan
demikian selama proses itu memang calon buah rawan rontok,” tambah dia.
Untuk produktivitas dan kualitas buah durian, lanjut dia, tahun lalu
cukup bagus dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Selain cukup
melimpah, rasa buah durian juga lebih enak dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
Sulthon membeberkan, tiap tahun buah durian di Kota Ukir memang
menurun secara permanen. Hal itu tak lepas dari kian banyaknya pohon
durian yang ditebang. Beberapa tumbang karena angin kencang.
Timpa Rumah
Penebangan dilakukan karena pemilik masing-masing khawatir pohon atau
buah durian jatuh menimpa rumah. ”Di Jepara belum ada kebun durian.
Pohonnya tumbuh di pekarangan rumah warga.
Lha, saat sudah terlalu besar atau di pekarangan dibangun rumah, maka
pohon akan ditebang. Selain itu, pohon durian kerap ditebang untuk
dijual sebagai bahan baku mebel,” ungkapnya.
Menurutnya, kalaupun ada warga yang memiliki lahan kosong, mereka
lebih memilih menanam sengon laut. Sebab menanam pohon durian lebih
banyak didasari rasa suka.
Selain membutuhkan waktu lima hingga 10 tahun agar bibit pohon durian
bisa berbuah, juga karena panen yang hanya sekali dalam setahun. ”Kalau
sengon laut dua tahun sudah bisa dipanen pohonnya,” tandas dia.
Di Jepara, pohon durian paling banyak terdapat di Kecamatan Tahunan, tepatnya di Desa Kecapi.
Sementara itu, di Batealit ada di Desa Bantrung. Beberapa pohon durian juga terdapat di Bangsri dan Pecangaan.
Soal menurunnya jumlah pohon durian di Jepara juga diakui Kepala
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Jepara Achid Setiawan.
Meski tak memiliki data pasti jumlah pohon durian di sana, jumlah pohon dari salah satu ikon Jepara ini memang banyak berkurang.
Penyebab utamanya memang ditebang oleh pemiliknya. ”Usaha kami terus
mengadakan pembibitan. Kita (Pemkab) memiliki laboratorium kultur
jaringan milik DLH.
Ke depan kita usahakan agar bisa untuk pengembangan bibit durian. Khususnya durian petruk yang khas Jepara,” tambah Achid.
Sumber Berita : https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/105068/produksi-durian-dikhawatirkan-turun