Rembang – Lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK)
yang mumpuni berbahasa Jepang dan Korea, kini menjadi tenaga kerja
migran yang diincar oleh dunia industri. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
bahkan mengembangkan program magang bagi tenaga muda di
perusahaan-perusahaan ternama di Jepang. Salah satunya kemitraan program
magang yang dijalin antara Pemprov Jateng dengan International Manpower Development Organization Japan (IM Japan), sejak 1993.
“Kami berkonsolidasi dan koordinasi dengan Disnakertrans Jateng program apa yang bisa di-push untuk SMK. Ternyata yang dibutuhkan saat ini adalah kemampuan berbahasa Jepang dan Korea. Dan saat ini Bapak Ganjar nembe kunjungan kerja wonten
Jepang, menindaklanjuti kerja sama bertukar pendidikan dan tenaga
migran Indonesia, khususnya Jawa Tengah,” terang Wakil Gubernur Jawa
Tengah H Taj Yasin Maimoen saat menghadiri Peringatan Maulid Nabi
Muhammad SAW, Haul Sesepuh Yayasan dan Wisuda Tahfidz Juz 30 SMK Umar
Fatah Rembang, Minggu (11/11).
Untuk itu, Gus Yasin, sapaannya, meminta SMK Umar Fatah yang sudah
mengimplementasikan sistem bilingual, dapat membekali kemampuan
berbahasa Jepang dan Korea kepada siswanya. Sebab, jika lulusan SMK
dapat menjadi tenaga migran di dunia industri dan kinerja mereka
memuaskan, gaji yang diperoleh pun terbilang besar.
“Awal kerja bulan pertama gajinya antara Rp10-15 juta per bulan.
Nanti berjalan dua atau tiga bulan dievaluasi kinerjanya bagus atau
tidak. Kalau kinerjanya bagus, ditingkatkan menjadi Rp20-25 juta per
bulan. Satu tahun dievaluasi lagi, kalau kinerjanya bagus gaji ditambah
menjadi Rp30-35 juta per bulan,” jelasnya.
Namun, putra ulama kharismatik KH Maimoen Zubair itu meminta lulusan
SMK yang ingin menjadi tenaga migran di dunia industri mengubah
pemikiran mereka, bahwa pendapatan yang mereka himpun selama bekerja di
tanah rantau, sebaiknya tidak semata-mata digunakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumtif di Tanah Air. Lebih dari itu, pendapatan yang
dihimpun selama bekerja sebagai tenaga migran industri dapat
dimanfaatkan sebagai modal berwirausaha.
“Imej bekerja di luar negeri jangan semata-mata untuk konsumtif. Wangsul langsung kanggo tumbas omah, sepeda motor, mobil. Kontrak kerja diputus banjur ora bisa nyicil omah, sepeda motor, mobil. Kula pengin
tenaga migran punya pemikiran bahwa apa yang mereka hasilkan harus
dijadikan modal untuk berwirausaha atau membuka lapangan kerja,”
pesannya.
Mantan anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah itu mencontohkan, terdapat
Kampung Desainer di Magelang. Di kampung tersebut, banyak warga yang
mulanya bekerja di luar negeri. Mereka mumpuni di bidang komputer.
Ketika pulang ke Tanah Air, mereka merintis usaha dengan mengajak warga
setempat untuk ikut berkreasi membuat desain.
“Kanca-kanca wonten desane diajak, ayo tuku komputer, bareng-bareng desain. Desainnya bagus dan ikut lomba ke Eropa. Alhamdulillah juara tiga. Kampung Desainer, wonge mboten perlu medhal saking griya, tapi duite mlebu terus. Pesanan banyak dari daerah bahkan luar negeri,” bebernya.
Gus Yasin berharap, SMK Umar Fatah yang berlokasi di dekat destinasi
wisata pantai juga dapat mengembangkan potensi daerahnya itu dengan
baik. Sehingga dapat memikat banyak pengunjung.
Sumber : https://jatengprov.go.id/publik/gaji-bekerja-di-luar-negeri-jangan-habiskan-untuk-konsumtif/