KBRN, Gaza : Setelah menempuh perjalanan dua hari dua malam dari
Indonesia, akhirnya 32 relawan Indonesia dari lembaga kemanusiaan
kegawatdaruratan medis MER-C (Medical Emergency Rescue Committee),
berhasil memasuki Gaza, Palestina. Penantian akan kepastian untuk
memasuki Gaza bukanlah waktu yang singkat.
Selama lima tahun
segala upaya dilakukan agar bisa memasuki wilayah yang terblokade
tersebut. Proses perizinan, audiensi -mulai dari Presiden RI, Wakil
Presiden RI dan Menlu RI- pun membuahkan hasil. Gubernur DKI Jakarta
Anies Baswedan yang melepas keberangkatan mereka menuju Gaza di Balai
Kota Jakarta.
Para relawan berangkat pada Minggu (24/02/2019)
dan mendarat di Kairo pada pukul 02:00 dini hari waktu Mesir. Mereka
kemudian bersilaturahim dengan Helmy Fauzy selaku Dubes RI di Mesir. Tim
yang diketuai oleh Faried Thalib ini juga melibatkan dr. Arief Rachman,
SpRad (Presidium & Tim Alkes RSI), Idrus M Alatas, (Kadiv
Konstruksi MER-C), Rizal Syarifuddin (Arsitek RS. Indonesia) dan Edy
Wahyudi (Site Manager RS. Indonesia).
Tim ini menyampaikan bahwa
misi mereka di Gaza adalah melanjutkan pembangunan Rumah Sakit
Indonesia, yaitu lantai dua dan lantai tiga, yang merupakan amanah dari
rakyat Indonesia untuk rakyat Palestina. Rumah sakit yang didirikan di
Bait Lahiya Gaza Utara ini menjadi simbol persahabatan Indonesia dan
Palestina.
Selanjutnya, perjalanan dari Kairo menuju Rafah
menjadi saat-saat yang sangat mendebarkan bagi semua anggota tim.
Perbanyak dzikir, itulah yang bisa dilakukan. Melewati padang pasir, pos
pemeriksaan dan pengawalan dari militer Mesir adalah segelintir
pengalaman dalam perjalanan kali ini.
Dari Kairo menuju Rafah
bukanlah perjalanan mudah, mengingat tim ini harus melewati wilayah
Sinai Utara, zona yang dikenal sangat berbahaya. Kisah aksi baku tempak
antara pemberontak dan militer Mesir telah menjadi cerita di wilayah
ini. Bahkan, 10 hari sebelumnya, insiden serupa kembali terjadi dan
menewaskan setidaknya 19 anggota militer Mesir.
Usai shalat
subuh, Senin (25/2/2019), didampingi tim KBRI Kairo yaitu; Ninik Rahayu
(Direktur Konsuler KBRI Kairo) dan stafnya Joko Sumaryono serta Jurnalis
TV ONE wilayah Mesir Amran Hamdani, tim bertolak menuju dermaga
penyebrangan Maaddiyah di kota Ismailiyyah, yang terletak tak jauh dari
jembatan terusan Suez.
Waktu yang ditempuh oleh tim dari Kairo
menuju Rafah terbilang singkat, yaitu kurang dari 18 jam. Tidak seperti
biasa, orang-orang yang menempuh perjalanan serupa harus menghabiskan
waktu setidaknya tiga hari tiga malam. Pengawalan dari militer Mesir dan
koordinasi dari pihak KBRI Kairo menjadi faktor pendukung yang
singkatnya perjalanan tim ini.
Pukul 12:00, putus kontak terjadi
-hingga empat jam- antara tim KBRI Kairo dan tim di Gaza. Melewati zona
militer berbahaya, terutama saat berada di terusan Suez hingga kota El
Arish, sinyal komunikasi benar-benar terputus.
Abdillah Onim
(Bang Onim), relawan Indonesia yang telah lama menetap di Gaza
menuturkan bahwa pukul 17:00 ia menerima pesan melalui Watsapp dari tim
KBRI Kairo, yang mendampingi para relawan. “Kami baru akan memasuki kota
El Arish, alhamdulillah,” isi pesan tersebut.
Kota El Arish
berada di pesisir pantai Mediterania. Kota ini menjadi tujuan wisatawan
lokal dan mancanegara sebelum tahun 2011. Namun, berbeda dengan kondisi
saat ini. Tak lagi ada wisatawan, bahkan hotel-hotel kosong tanpa
pengunjung.
Beberapa menit setelah Adzan Maghrib, sekitar pukul
18:33 waktu Mesir, “Saya mendapat kabar terbaru bahwa seluruh tim
relawan MER-C sudah tiba di Ma'bar Rafah perlintasan antara Mesir dan
Palestina, Ya Allah Alhamdulillah selalu diberi kemudahan oleh Allah
Subhanahu wata a'ala,” ungkap Bang Onim penuh rasa syukur.
Selanjutnya,
32 relawan asal Indonesia dan tim KBRI Kairo menunggu proses admintrasi
hingga koordinasi dengan petugas Imigrasi Rafah Mesir yang mestinya
sudah ditutup pada pukul 16:00 waktu setempat. “Para relawan harus
melewati proses stempel passport. Tepat pukul 22.30, atas izin Allah dan
doa teman-teman di indonesia para relawan memasuki imigrasi Rafah, Gaza
Palestina. Mereka disambut oleh pihak Kementerian Kesehatan Gaza dan
pejabat Palestina lainnya,” tutur Bang Onim.
Pukul 23:30,
akhirnya relawan Indonesia berhasi memasuki pelataran dan Guest House
Indoensia. “Haru dan syukur mewarnai suasana di pelataran RSI di Gaza
utara. Tim mendapat sambutan hangat dari warga Gaza dan tim medis RSI.
Bahkan, pasien pun menengok dari masing-masing jendela ruang rawat inap
rumah sakit itu.
Diplomasi internasional oleh KEMLU RI melalui KBRI Kairo sebagai bentuk dukungan bagi kemerdekaan Palestina.
Dengan
cepat KBRI Kairo merespon langkah 32 relawan Indonesia untuk melakukan
misi kemanusiaan di Gaza. Melalui zona merah Sinai Utara, nyali dan
kelihaian berdiplomasi sangat diperlukan. Melewati check point (pos
pemeriksaan), para pendamping, utusan KBRI Kairo, harus berhadapan dan
berkomunikasi dengan militer Mesir, demi kelancara perjalanan.
Mendampingi
32 relawan Indonesia, sejak menginjakkan kaki di bandara Kairo hingga
perbatasan Rafah, bukanlah hal yang mudah. Betapa tidak, kondisi saat
ini sangatlah berbeda dengan sebelum 2011, di mana perjalanan tidak
perlu mendapat pengawalan dari militer Mesir.
Ini menjadi kali
pertama diizinkannya perjalanan malam dari kota El Arish ke perlintasan
Rafah. Pengawalan ketat benar-benar diberlakukan. Bahkan, para relawan
dikawal dengan mobil militer anti baja, kemudian terjadi pertukaran
mobil, hingga akhirnya dengan menumpangi bus mereka mereka menuju
imigrasi Rafah, Gaza di Palestina.
Usai mengantarkan para
relawan, tim pendamping dari KBRI Kairo tak langsung diijinkan kembali
ke kota Kairo malam itu. Ini tidak lepas dari faktor keamanan, mengingat
perjalanan ini akan kembali menempuh wilayah yang sarat dengan konflik
bersenjata. Tim ini harus melalui malam di Rafah dengan tidur di dalam
bus, di luar kantor imigrasi Mesir. Hanya berbekal jaket tanpa selimut
hangat, tim ini harus berjuang melawan udara dingin yang mencapai di
bawah dua derajat celcius. Dan pada pukul 10:30 waktu setempat, tim pun
kembali ke Kairo dengan pengawalan dari militer Mesir.
Sumber : http://rri.co.id/post/berita/642931/nasional/32_relawan_indonesia_tiba_di_gaza_palestina.html