Berbagai macam keris, arca, gentong, serta tombak mulai ditata
di halaman museum. Berjajar rapi lengkap dengan nasi tumpeng dan
lauk-pauknya. Dinyalakan pula dupa. Harum aromanya semakin menambah
kesakralan acara perdana dalam rangkaian Hari Ulang Tahun (HUT) ke-293
Grobogan ini. Selain jamas pusaka ini, kemarin juga diisi dengan khotmil
Quran dan resik-resik kuto.
Setelah semua siap, para anggota Paguyuban Kasepuhan Wijoyo
Kusumo berdiri berjajar menghadap pusaka-pusaka bersejarah itu. Ketua
paguyuban, Sukardi atau yang akrab disapa Eyang Kardi berada di tengah.
Diapit Ketua Seksi Jamas Pusaka Muryanto dan Herlambang, panitia seksi
Jamas Pusaka.
Eyang Kardi mengatakan, ada banyak pusaka di Grobogan. Pusaka dari kasepuhan sendiri berjumlah 140 buah. Masih ada juga masyarakat-masyarakat yang memiliki. Ia juga memperkenalkan pusaka-pusaka yang dijamas kemarin.
Seperti keris peninggalan Brawijaya bernama Kiai Sengklat, Keris Pandawa Lima yang juga peninggalan Brawijaya, dan keris peninggalan Angling Darma. Selain benda pusaka, ada juga benda-benda bersejarah lain yang dijamas. Seperti gong peninggalan Sunan Kalijaga, peninggalan Ajisaka, peninggalan Ki Ageng Tarub, dan benda-benda lain yang ada di museum.
”Kegiatan ini sudah dimulai sejak 2007. Rutin setiap tahun dilaksanakan,” katanya.
Herlambang, panitia seksi Jamas Pusaka mengatakan, pada kegiatan ini penjamasan berfokus pada pusaka milik Pemkab Grobogan dan Paguyuban Wijaya Kusuma. Kegiatan ini bertujuan melestarikan peninggalan yang dimiliki Kabupaten Grobogan dan yang dimiliki masyarakat. Di dalam pusaka tersebut mengandung filosofi. Benda yang padat bisa disatukan menjadi sebuah harmoni dan keindahan.
”Pusaka itu dibuat sudah ratusan bahkan ribuan tahun lalu. Namun selayaknya sebagai warga negara, kita bersatu melestarikan. Ini juga sebagai wujud tak melupakan perjuangan pendahulu dan menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” jelasnya.
Para anggota paguyuban pun tampak sibuk. Membersihkan gamelan, arca, gentong, hingga meriam yang ada di dalam museum. Di luar juga sibuk membersihkan keris. Dipisahkan dari pegangannya kemudian diusap-usapkan dengan jeruk nipis dan dicelupkan dalam cairan khusus.
Eyang Kardi mengatakan, ada banyak pusaka di Grobogan. Pusaka dari kasepuhan sendiri berjumlah 140 buah. Masih ada juga masyarakat-masyarakat yang memiliki. Ia juga memperkenalkan pusaka-pusaka yang dijamas kemarin.
Seperti keris peninggalan Brawijaya bernama Kiai Sengklat, Keris Pandawa Lima yang juga peninggalan Brawijaya, dan keris peninggalan Angling Darma. Selain benda pusaka, ada juga benda-benda bersejarah lain yang dijamas. Seperti gong peninggalan Sunan Kalijaga, peninggalan Ajisaka, peninggalan Ki Ageng Tarub, dan benda-benda lain yang ada di museum.
”Kegiatan ini sudah dimulai sejak 2007. Rutin setiap tahun dilaksanakan,” katanya.
Herlambang, panitia seksi Jamas Pusaka mengatakan, pada kegiatan ini penjamasan berfokus pada pusaka milik Pemkab Grobogan dan Paguyuban Wijaya Kusuma. Kegiatan ini bertujuan melestarikan peninggalan yang dimiliki Kabupaten Grobogan dan yang dimiliki masyarakat. Di dalam pusaka tersebut mengandung filosofi. Benda yang padat bisa disatukan menjadi sebuah harmoni dan keindahan.
”Pusaka itu dibuat sudah ratusan bahkan ribuan tahun lalu. Namun selayaknya sebagai warga negara, kita bersatu melestarikan. Ini juga sebagai wujud tak melupakan perjuangan pendahulu dan menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” jelasnya.
Para anggota paguyuban pun tampak sibuk. Membersihkan gamelan, arca, gentong, hingga meriam yang ada di dalam museum. Di luar juga sibuk membersihkan keris. Dipisahkan dari pegangannya kemudian diusap-usapkan dengan jeruk nipis dan dicelupkan dalam cairan khusus.