BLORA, WAWASANCO – Beberapa waktu lalu, pasien DBD
sempat membludak dan banyak yang terpaksa dirawat di tempat tidur
cadangan di teras atau lorong rumah sakit. Kini penderita demam berdarah
dengue (DBD) di Blora cenderung menurun.
Berdasar data di kantor Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat, Jumat
(1/3), kasus DBB medio Januari-Februari sebanyak 130 penderita, dua
penderita meninggal dunia (MD).
“Januari-Februari 2019, penderita DB terdata 130 orang, dan kasus DBB
terus menurun,” jelas pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinkes Kabupaten
Blora, Lilik Hernanto.
Dari 16 kecamatan di kabupaten paling timur di Jateng ini, kasus DBD
tertinggi adalah Kecamatan Blora (35 kasus), Jepon (19 kasus),
Randublatung (15 kasus), Banjarejo (12 kasus), Cepu (11 kasus).
Semua kecamatan di Blora terdapat kasus DBD, namun penderitanya
dibawah 10 kasus, terpenting cegah dini dengan gerakan menutup, menguras
dan mengubur media (3M) di tempat perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti.
“Blora urutan kedelapan kasus DBD di Jateng, tertinggi Sragen,
Semarang, dan Batang,” tambah Sekretaris Dinkes setempat, Lilik
Hernanto.
Pengasapan
Diberitakan sebelumnya, kasus DBB di Blora pada 2018 di Blora
mencapai 357 kasus, enam orang pasien meninggal dunia (MD). Kasus itu
tidak termasuk warga dirawat di rumah sakit luar daerah.
Kepala Bidang Pelayanan Rumah Sakit dr. Soetijono Blora, H. Jamil, 8
Januari 2019 menjelaskan, kapasitas tempat tidur perawatan pasien anak
yang berjumlah 28 penuh, sementara jumlah pasien ada 40 orang lebih.
Untuk bisa menampung pasien, harus membuka tempat tidur cadangan
sebanyak 20 unit di teras (lorong) RS yang diberi pengamanan, ada 40
pasien anak, sebagian pasien DB.
Lilik Hernanto menambahkan, Blora termasuk wilayah rawan kasus DB,
sehingga Dinkes rajin sosialisasi, dan memperingatkan masyarakat agar
selalu waspada dengan melakukan cegah dini melalui gerakan 3M.
Menurutnya, musim hujan seperti saat ini banyak genangan atau kubungan air yang bisa menjadi media tumbuh kembangnya nyamuk aedes aegypti. Lilik menjelaskan, fogging (pengasapan) memang terus digerakkan, namun cara ini hanya bagian dari upaya pencegahan saja.
“Fogging itu hanya membunuh nyamuknya saja, tidak sampai
jentik-jentik (bibit) nyamuk, terpenting adalah dengan 3M itu,”
pungkasnya.
Sumber : https://www.wawasan.co/news/detail/8223/kasus-demam-berdarahdi-blora-turun