JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengerahkan
sumber daya, baik personel dan bantuan logistik, untuk percepatan
penanganan pascagempa M 7,2 di Halmahera Selatan, Maluku Utara.
Pagi ini (18/7) Kepala BNPB Doni Monardo menuju ke Ternate dan
selanjutnya menggunakan heli ke lokasi terdampak. Merespon kejadian ini
pemerintah daerah setempat, BNPB, dan multi pihak terus melalukan upaya
penanganan darurat bencana.
Kaji cepat masih berlangsung, khususnya ke wilayah desa yang belum
terjangkau. Demikian juga distribusi logistik bantuan kepada warga
terdampak. BNPB memobilisasi bantuan logistik dan peralatan dari Ternate
menuju Sofifi dan berlanjut ke Saketa. Upaya penanganan selama masa
tanggap darurat di bawah kendali pos komando.
Tim Reaksi Cepat BNPB melaporkan kendala di lapangan berupa
ketersediaan BBM, akses dan jaringan komunikasi di beberapa desa, tenaga
medis dan trauma healing, dan alat angkut distribusi bantuan. Di sisi
lain, kebutuhan mendesak selama keadaan darurat antara lain terpal,
selimut, tikar, air minum, makanan siap saji, dan kidsware.
BNPB mengerahkan helikopter Mi-8 untuk distribusi logistik bantuan.
Bantuan yang dimobilisasi untuk penanganan pascagempa berupa:
1. Perlengkapan sekolah 130 Paket
2. Matras 30 Lembar
3. Tikar 20 Lembar
4. Sandang 75 Paket
5. Paket perlengkapan keluarga 25 Paket
6. Selimut 40 Lembar
7. Tenda Gulung 20 Paket
8. Lauk Pauk 204 Paket
9. Makanan siap saji 114 Paket
10. Makanan tambahan gizi 120 Paket
11. Paket perlengkapan bayi 30 Paket
12. Paket kebersihan keluarga 20 Paket
13. Paket rekreasional 30 Paket
14. Sarung Dewasa 29 Lembar
15. Karung 250 Lembar
Sementara itu, sebanyak 1.061 rumah mengalami rusak berat (RB)
pascagempa M 7,2 pada Minggu lalu (14/7) yang mengguncang Halmahera
Selatan. Selain itu, sedikitnya 78 fasilitas umum (fasum) di kabupaten
ini juga terdampak dengan kategori rusak berat.
Data BPBD Provinsi Maluku Utara hingga 17 Juli 2019 mencatat rumah
rusak berat 1.061 unit, rusak sedang 1.412 unit, sedangkan fasum rusak
RB 78 dan rusak ringan 39 unit. Kerusakan terbesar berada di Kecamatan
Gane Barat Selatan dengan 542 unit RB, Kepulauan Joronga 287, Gane Barat
203, Gane Timur Selatan 116, Bacan Timur Tengah 72, Bacan Timur Selatan
8, dan Bacan Timur 2.
BPBD mencatat 73 desa di 11 kecamatan terdampak akibat gempa yang
terjadi pada pukul 16.10 WIB tersebut. Tidak hanya kerusakan, tetapi
juga korban meninggal dunia, luka-luka maupun pengungsian. Ke-11
kecamatan tadi adalah Bacan, Bacan Timur, Bacan Timur Tengah, Bacan
Timur Selatan, Gane Barat Selatan, Gane Barat, Bacan Barat, Gane Barat
Utara, Kepulauan Joronga dan Gane Timur Tengah. Hanya Kecamatan Bacan
Barat yang teridentifikasi terdampak minor yaitu 3 unit fasum rusak
berat.
Data BPBD Provinsi Maluku Utara per 17 Juli 2019 mencatat 13.250 KK
atau 53.076 jiwa mengungsi. Pengungsian tersebar di 10 kecamatan.
Sementara itu, korban luka berat 32 orang dan luka ringan 97. Terkait
dengan korban meninggal dunia (MD), sebelumnya diberitakan berjumlah 6
orang, BNPB telah melakukan konfirmasi dengan posko terhadap kepastian
jumlah korban tersebut. Hasil konfirmasi menjelaskan bahwa menyebutkan
ada satu korban dengan dua nama yg berbeda. Setelah selesai pendataan
ulang korban MD, rilis posko mencatat 5 korban MD sebagai berikut:
1. Saimah mustafa (P/90), warga Desa Nyofifi, Bacan timur.
2. Asfar Mukmat (L/25), warga Desa Gane Dalam, Gane Barat Selatan.
3. Aina amin (P/58), warga Desa Gane Luar, Gane Timur Selatan.
4. Biji Siang Kale (P/63), warga Desa Gane Luar, Gane Timur Selatan.
5. Sagaf Girato (L/50), warga Desa Yomen, Jorongga
Guncangan gempa dengan magnitudo 7,2 yang terjadi pada Minggu sore
itu (14/7) dirasakan warga di beberapa wilayah. Gempa dengan kedalaman
10 Km terukur dengan indikator MMI berskala II hingga V. Goncangan kuat
sebesar V MMI di daerah Obi, III MMI di Labuha, II - III MMI di Manado
dan Ambon, dan II MMI di wilayah Ternate, Namlea, Gorontalo, Raja Ampat,
Sorong, dan Bolaang Mongondow.
Sumber : https://bnpb.go.id/percepat-penanganan-pascagempa-m-72-bnpb-kerahkan-sumber-daya