PATI-Bupati Pati Haryanto menyebut Desa
Tunggulsari adalah desa wisata kedua yang ia tetapkan setelah Desa Talun
Kecamatan Kayen. Hal tersebut disampaikannya, pada saat sambutan di
acara peresmian Desa Tunggulsari sebagai desa wisata kabupaten pati,
Sabtu (23/11).
Haryanto dalam sambutannya
mengatakan, jauh sebelum ditetapkan desa wisata, Desa Tunggulsari telah
dikenal sebagai rujukan studi banding di bidang pertambakan.
"Sejak dulu para petani dari luar
daerah sering berkunjung ke sini. Karena petani tambak di sini berhasil
membudidayakan bandeng semiintensif. Kemudian sekarang juga
mengembangkan budi daya nila salin," jelasnya.
Area konservasi bakau yang luas,
lanjut Bupati, juga merupakan daya tarik wisata yang unggul di desa ini.
Haryanto berharap, dengan segala keunggulan yang dimilikinya, Desa
Wisata Tunggulsari bisa terus berkembang.
Ia pun berharap penetapan desa
wisata ini, tidak sebatas seremoni tanpa ada action ke depan. "Harus
ditunjang sarana dan prasarana yang memadai. Terutama terkait
kebersihan. Makanya hari ini kami serahkan gerobak sampah dan tempat
sampah. Jangan sampai orang ke sini terganggu karena tempatnya kurang
bersih," ujarnya.
Dalam sambutannya pun Haryanto
mendorong pemerintah desa setempat untuk memanfaatkan dana desa bagi
pengembangan pariwisata di desa ini. "Kalau bisa dikelola dengan baik,
nanti akhirnya bisa menambah pengunjung. Bisa menambah pendapatan desa.
Selain itu juga membangkitkan ekonomi masyarakat," terangnya.
Haryanto juga mendorong masyarakat
setempat untuk menghasilkan karya berupa kerajinan yang bernilai
ekonomis. "Ini nantinya bisa dimanfaatkan sebagai cendera mata. Yang tak
kalah penting, manfaatkan media sosial untuk promosi. Buatlah konten
kreatif yang sekiranya bisa menarik pengunjung, "tandasnya.
Sementara itu, Kepala Desa
Tunggulsari Jarot Supriyanto mengatakan, wisata di desanya mengusung
konsep wisata Mina Mangrove. "Sebagaimana namanya, ada dua kelompok
besar dalam desa wisata ini, yakni kelompok Mina dan kelompok Mangrove,"
jelasnya.
Kelompok Mangrove menawarkan wisata
pantai dan area konservasi bakau. Ia menjelaskan, terdapat hamparan
tanaman bakau hijau-rimbun seluas 30 hektar. Pada setengah hektar di
antaranya, telah dibangun trek-trek kayu dan gardu pandang yang dapat
menjadi lokasi berfoto ria.
Adapun kelompok Mina (perairan
tambak) menawarkan wisata edukasi pertambakan. Desa Tunggulsari memang
memiliki area pertambakan cukup luas, tepatnya 146 hektar. Terdiri atas
50 hektar tambak nila salin, 60 hektar tambak bandeng semiintensif, dan
sisanya adalah tambak bandeng tradisional.
"Selain wisata edukasi, dari
kelompok Mina, Desa Wisata Tunggulsari juga memiliki pemancingan,
restoran apung, kolam renang, dan toko oleh-oleh olahan hasil tambak
dengan branding Rakarori," ujarnya.
Rakarori, imbuhnya, diambil dari
bahasa Jawa yang artinya "Ora Karo Ri" dan bila diartikan, maksudnya
tidak mengandung duri. Yang mana olahan dari tambak yakni ikan yang
dibuat oleh-oleh tidak mengandung duri atau tanpa duri", pungkasnya.Sumber : https://www.patikab.go.id/v2/id/2019/11/24/terungkap-alasan-pemkab-pilih-tunggulsari-sebagai-/