SRAGEN (15 Mei 2022) - Matahari sedang tampil garang. Sapuan awan yang tak seberapa membuat terangnya memanaskan kota Sragen, Jawa Tengah.
Seolah
tak terpengaruh dengan terpaan panas sinar matahari, Arti, seorang
perempuan pemulung menyusuri tepian jalan tak bertrotoar, di Jalan Raya
Sukowati Timur, Ngrampal -- sekitar 3 km dari pusat Kota Sragen.
Arti
mendorong pelan sepedanya, dengan tumpukan barang bekas di boncengan
belakang. Tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara beberapa orang berlari di
belakangnya.
Suara
itu makin dekat, membuatnya harus menoleh sambil masih mendorong
sepeda. Langkahnya baru berhenti setelah beberapa orang tadi berdiri
mengelilinginya.
"Pundi
bojone njenengan (mana suamimu)?" seorang perempuan berkerudung yang
ikut mengelilinginya, mulai bertanya. Arti menatap sejenak. Ia merasa
seperti kenal. Beberapa menit dia mulai sadar, si ibu yang bertanya tadi
adalah Menteri Sosial Tri Rismaharini.
Rasa
haru mulai terasa di hatinya. Dengan suara sedikit bergetar, ia
menjawab dengan suara lirih. "Bojo kulo sok kerjo ngeten niki (suami
saya juga kerja seperti ini)," kata Arti.
"Sampeyan sedinten pinten ngeten niki? (Kamu sehari dapat uang berapa dengan kerja seperti ini?)," Mensos bertanya.
"Nggih mboten nentu, kadang 30 ewu. Kadang 20 ewu . (Ya tidak tentu, kadang Rp30 ribu, kadang Rp20 ribu)," kata Arti.
"Kalih bapake gaweane oleh piro?. (Kalau bekerja menjadi pemulung bersama dengan suami bisa dapat berapa?)," Mensos bertanya.
"Enten
30, sok nggeh 50, nggeh mboten mesti bu. (Bisa dapat 30 ribu, kadang 50
ribu, ya tidak pasti bu)," kata perempuan 36 tahun ini menambahkan.
Mensos
menanyakan, sejauh ini apakah sudah mendapatkan bantuan pemerintah.
"Dereng bu (belum bu)," kata warga Desa Plumbon, Kecamatan
Sambungmacan, ini sambil menggelengkan kepala.
Mensos
kemudian meminta staf untuk melakukan asesmen terhadap Arti. Dengan
arahan agar Arti bisa mendapatkan bantuan sosial dari Kementerian
Sosial.
Selepas bertemu Mensos, Arti kembali diliputi rasa haru. Pertemuan di siang bolong yang sungguh tidak disangka-sangka.
Bertemu
pejabat negara, di tengah jalan, lalu diberikan bantuan. Sungguh sulit
bisa dibayangkan. Maka ia juga sulit merumuskan kata-kata saat dimintai
menjelaskan perasannya.
Sambil
setengah terbata-bata, ia menyatakan rasa senang. "Alhamdulillah,
Alhamdulillah. Matur nuwun sanget. Mpun ditemoni disukani bantuan. Mugi
Bu Menteri sehat, mugi sedoyo sehat (Alhamdulillah, Alhamdulillah sudah
ditemui lalu juga diberi bantuan. Semoga Bu Mensos sehat, semuanya
sehat)," katanya.
Mensos
dan rombongan baru saja selesai santap siang di sebuah restoran di
dekat pertemuan dengan Arti. Mensos tengah bersiap memasuki kendaraan
dinas, ketika tiba-tiba Mensos mendapati Arti mendorong sepeda dengan
barang bekasnya tertambat di boncengan. Maka terjadilah perbincangan
sebagaimana di atas.
Mensos
berada di Sragen untuk menyambangi dua keluarga yang anggotanya
kedapatan gantung diri. Masing-masing adalah Ar (40) dan SLAS (6) warga
Dukuh Grasak, Desa Gondang, Kecamatan Gondang.
Kejadian
kedua gantung diri terjadi pada S (30) warga Desa Pengkok, Kecamatan
Kedawung. Pelaku gantung diri berikutnya adalah S yang meninggalkan
istrinya RH (34 tahun), seorang anak perempuan KA (6 tahun) dan anak
laki-laki AR (4 tahun).
Mensos
memberikan penguatan dan motivasi serta bantuan kewirausahaan agar
keluarga yang ditinggalkan bisa melanjutkan kehidupan ekonominya.