SUKABUMI – Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono
menegaskan komitmen Kementerian Pertanian (Kementan) untuk meningkatkan
daya saing sektor pertanian melalui penguatan riset, inovasi, dan
modernisasi. Hal ini disampaikan saat kunjungan kerja ke Taman Sains
Pertanian (TSP) Balai Perakitan dan Pengujian Tanaman Industri dan
Penyegar (BRMP TRI) di Sukabumi, Jawa Barat.
Dalam kunjungannya, Wamentan Sudaryono yang akrab disapa Mas Dar
itu meninjau sejumlah fasilitas seperti area pembibitan kopi, koleksi
plasma nutfah tanaman perkebunan, proses pengolahan kopi dan kakao,
serta pengembangan biofuel. Ia menilai, potensi riset dari balai-balai
Kementan perlu dioptimalkan sebagai kekuatan utama dalam membangun
pertanian nasional yang berdaya saing global.
“Negara kita ini keren. Ada 64 balai di Kementerian Pertanian yang
mengelola perbenihan, pembibitan, hingga pascapanen. Misalnya, ada balai
yang bisa melakukan inseminasi buatan untuk mendukung produksi sapi
nasional,” ujar Mas Dar.
Menurutnya, riset dan modernisasi sangat dibutuhkan agar sektor
pertanian, khususnya komoditas perkebunan, dapat kembali menempati
posisi strategis di pasar global.
“Pak Presiden Prabowo ingin komoditas perkebunan kita kembali
menduduki posisi nomor satu di dunia. Insya Allah, sambil mengejar
swasembada beras, kita paralel menyiapkan lompatan besar untuk komoditas
lainnya, termasuk perkebunan,” tegasnya.
Wamentan Sudaryono juga mendorong penguatan hilirisasi untuk
meningkatkan nilai tambah, salah satunya melalui pengembangan biofuel
berbasis tanaman perkebunan seperti sawit dan tebu.
“Ini menjanjikan. Keunggulan komparatif kita di sektor pertanian
ternyata tidak hanya untuk pangan, tapi juga energi. Tebu bisa diolah
jadi bioetanol, sawit bisa jadi bahan bakar ramah lingkungan. Jika
kebutuhan pangan sudah tercukupi, komoditas tersebut bisa dimanfaatkan
untuk energi,” jelasnya.
Lebih lanjut, Mas Dar juga turut menyoroti pentingnya menjembatani
hasil riset pertanian dengan kebutuhan praktis dunia usaha dan
agribisnis, khususnya di kalangan anak muda.
“Pekerjaan rumah kita adalah mengatasi gap antara hasil riset
dengan penerapan di lapangan. Banyak anak muda belajar dari media sosial
tanpa data ilmiah. Kita ingin mendekatkan riset dengan dunia usaha,
sehingga anak-anak muda bisa meniru model bisnis budidaya atau
pengolahan berbasis riset,” ujarnya.
Sebagai bagian dari upaya ini, Wamentan Sudaryono mendorong
kolaborasi erat antara Kementan, perguruan tinggi, dan lembaga
penelitian. Langkah ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto
untuk mengadopsi teknologi terbaik dalam memperkuat sektor pertanian
nasional.
Disisi lain, Kepala BRMP TRI, Evi Savitri Iriani, menjelaskan bahwa
balai yang ia pimpin berperan dalam pengembangan benih unggul dan
teknologi pengolahan hasil perkebunan. Teknologi yang dihasilkan
diharapkan bisa langsung diimplementasikan oleh masyarakat.
“Dengan kunjungan Pak Wamen, kami berharap masyarakat tahu bahwa
balai-balai Kementan adalah sumber teknologi. Mereka bisa bertanya,
belajar, dan menerapkan langsung di lapangan. Jangan hanya berhenti di
jurnal atau laporan, tapi betul-betul dirasakan manfaatnya,” tutur Evi.