PARLEMENTARIA, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani menjadi keynote speaker dalam Konferensi Internasional yang digelar di California State University (CSU), Sacramento, Amerika Serikat. Dalam forum ini, Puan berbicara soal isu kesetaraan gender hingga pentingnya kerja sama antarnegara dalam menghadapi krisis dunia di konferensi tersebut.
Acara bertajuk 'Role of Women in Strengthening Global Resilience and
Advancing Diplomacy' itu diselenggarakan oleh para mahasiswa CSU dengan
dukungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan berlangsung di Black
Honors College Conference Room, salah satu fasilitas utama di kampus
terbesar dan terkemuka di kota Sacramento itu, Selasa (10/6/2025).
"Atas nama delegasi Indonesia, perkenankan
saya untuk menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada
Sacramento State University atas keramahannya menjadi tuan rumah acara
ini," kata Puan.
Puan lantas mengatakan secara demografi,
jumlah penduduk perempuan di dunia mencapai lebih dari 49,7% atau 4,09
miliar penduduk perempuan. Fakta juga menunjukan bahwa perempuan adalah
konsumen paling kuat dalam dunia ekonomi.
Besarnya kekuatan perempuan secara global, khususnya di Indonesia disebut menjadi kekuatan tersendiri. Puan mengatakan perempuan merupakan separuh dari energi besar Indonesia yang berperan aktif dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial, lingkungan, olahraga, hingga ilmu pengetahuan dan riset. "Hampir setengah dari 280 juta penduduk Indonesia adalah perempuan. Banyak perempuan yang telah berkontribusi terhadap kemajuan signifikan bagi Indonesia," tuturnya.
Puan juga memaparkan sejarah keterlibatan perempuan dalam politik
Indonesia, termasuk keberadaan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum yang menyatakan partai politik harus memiliki minimal 30%
keterwakilan perempuan di parlemen. Sehingga keterlibatan perempuan di
kancah politik terbuka luas. “Selama periode 2019–2024, proporsi
perempuan di parlemen berhasil mengalami peningkatan dari 17,3% menjadi
21,39%,” ungkap Puan.
Tak hanya itu, Puan juga menyebut perempuan di Indonesia berhasil
berperan di tingkat kepemimpinan nasional sebagai pemimpin negara yakni
Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri. Ia juga menyinggung soal
dirinya yang merupakan Ketua DPR perempuan pertama setelah 74 tahun
Indonesia nerdeka.
Ia pun menggarisbawahi pentingnya kesetaraan gender sebagai bagian dari
penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia. Puan menegaskan,
perbedaan biologis tidak boleh menjadi perbedaan peran di berbagai aspek
kehidupan. "Kesetaraan gender mengakui bahwa hak politik, sosial,
ekonomi dan budaya laki-laki dan perempuan adalah sama," tegasnya.
Meski demokrasi sudah tumbuh, kata Puan, hal itu tidak serta merta
menjamin hak perempuan. Menurutnya, memperjuangkan kesetaraan gender
bukan soal dominasi, tetapi menemukan koridor bersama untuk saling
berperan secara adil dalam segala aktivitas kehidupan.
Selain itu kesetaraan gender, Puan juga menyinggung tantangan krisis
global yang sedang dihadapi dunia. Ia menyerukan pentingnya membangun
ketangguhan global. Sebab, lanjut Puan, krisis ini berdampak pada
berbagai sektor dan industri, termasuk bencana yang disebabkan oleh
perubahan iklim, penurunan ekonomi, harga energi yang tinggi, dan dampak
perang.
Meski ilmu pengetahuan dan teknologi sudah berkembang pesat, Puan
berpandangan bahwa hal tersebut belum seiring dengan kondisi masyarakat
saat ini. Ia menilai masih banyak mmasyarakat yang harus diperhatikan.
Untuk itu, Puan menekankan pentingnya kerja sama antarbangsa dalam
menghadapi tantangan global karena setiap negara disebut membutuhkan
negara lainnya. "Setiap Negara membutuhkan kerja bersama antar negara
untuk dapat membangun tatanan dunia yang lebih baik; tatanan yang
memiliki nilai kemanusiaan; hubungan antarmanusia dan hubungan
antarbangsa yang mengutamakan kemajuan bersama dan terbebas dari
eksploitasi, dominasi, maupun penjajahan baru," sebutnya.
Dalam konteks ini, Puan berpandangan peran perempuan dapat memberikan
sudut pandang berbeda. Menurutnya, perempuan memiliki paradigma berbeda
yang akan memberikan kontribusi dalam cara berpikir, cara kerja, dan
cara hidup dalam membangun tatanan dunia yang lebih baik.
Puan juga menekankan urgensi kehadiran perempuan di arena diplomasi. Ia
menegaskan bahwa perempuan dapat menjadi agen perubahan dalam kebijakan
publik yang inklusif. "Partisipasi perempuan dalam proses pengambilan
keputusan akan menghasilkan upaya pemulihan dan pembangunan tata dunia
yang lebih baik, yang membebaskan tata dunia dari ketidakadilan
struktural, diskriminasi gender, stereotip, kesenjangan kelompok
masyarakat, dan eksploitasi," terangnya.
Namun, Puan melihat saat ini masih banyak ditemukan konstruksi sosial yang menghambat hak perempuan untuk maju dan sejahtera. Sebagai Ketua DPR RI, ia menyampaikan bahwa Indonesia ikut berkomitmen dalam Pertemuan Parlemen P20 atau forum parlemen negara G20 dan pertemuan Parlemen internasional lainnya untuk terus menyuarakan kesetaraan gender.