Jakarta, Kemenkeu – Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Suahasil Nazara, menekankan pentingnya fleksibilitas dan kolaborasi dalam pengelolaan keuangan negara, khususnya di tengah ketidakpastian global yang memengaruhi APBN. Hal ini disampaikan dalam acara Leader’s Corner: Leading to Transform yang merupakan bagian dari rangkaian Kemenkeu Learning Festival (KLF) 2025, pada Kamis (26/6), di Jakarta.
“APBN itu harus fleksibel. Semester I 2025 kita memasuki tahun
anggaran dengan arahan Presiden: efisiensikan anggaran. Jadi tidak bisa
lagi mindset-nya hanya ‘DIPA saya sekian, maka saya jalankan sekian’,”
tegas Wamenkeu Suahasil. Ia menambahkan bahwa di Kementerian Keuangan
sendiri juga melakukan efisiensi hampir Rp9 triliun sebagai bentuk
komitmen terhadap arahan Presiden.
Dalam kesempatan tersebut, Wamenkeu Suahasil menggarisbawahi bahwa
setiap unit di Kementerian Keuangan memegang peran strategis pada
pengelolaan fiscal tools.
“Teman-teman (di Kemenkeu) itu memegang yang namanya fiscal tools
di unit masing-masing. Jangan hanya berpikir mengenai fiscal tools-nya
sendiri, tapi pikirkan sinerginya dengan unit lain,” ujarnya di depan
jajaran Kemenkeu. Ia mencontohkan pentingnya kerja lintas unit untuk
mendukung respons fiskal yang lebih terintegrasi.
Lebih lanjut, Wamenkeu Suahasil juga menyampaikan bahwa
fleksibilitas dan pemahaman menyeluruh terhadap kebijakan fiskal akan
mendorong munculnya inovasi. Ia menyoroti peran Badan Pendidikan dan
Pelatihan Keuangan (BPPK) sebagai salah satu unit pemegang fiscal tools
masa depan yang harus selalu memperbarui materi pelatihan agar relevan
dengan kondisi dan kebijakan terkini.
“Keuangan negara adalah motor kemajuan. Fungsinya alokatif,
distributif, dan stabilisasi. Alatnya ada di Ibu/Bapak semua (jajaran
Kemenkeu),” pungkas Wamenkeu Suahasil. Ia berharap nilai-nilai inovasi,
fleksibilitas, dan kolaborasi terus ditanamkan dalam setiap lini kerja
Kementerian Keuangan demi memperkuat peran APBN sebagai instrumen
pembangunan nasional.