Hal itu kontan menimbulkan ketidaknyamanan bagi wisatawan yang melancong. Purnomo satu di antaranya. Datang ke Teluk Awur bersama anak dan istrinya, ia mengaku kurang nyaman melihat pantai yang kotor dengan sampah.
Melihat kondisi tersebut, ia hanya bisa terpaku mengurungkan niat bermain-main di air laut.
Hampir di sepanjang pantai, terdapat sampah-sampah plastik. Sementara air laut berwarna cokelat pekat, yang sesekali memuntahkan sampah dan meninggalkannya di daratan.
Kurdi (58) seorang pedagang yang ada di Teluk Awur pun turut merasakan imbasnya. Akibat pantai yang kotor, dagangan dan usaha penyewaan ban yang dikelolanya sepi.
Terkait sampah, ia membenarkan bahwa setiap kali musim baratan seperti ini ada saja sampah yang terbawa ke pantai. Paguyuban pedagang bersama pengelola hotel yang ada di sekitar pantai sebenarnya sudah membersihkan, namun sampah tetap saja berdatangan.
“Sampah itu ada karena terbawa banjir dari sungai lalu masuk ke laut. Kalau musim kemarau tidak sebanyak itu. Namun karena musimnya seperti ini ya sampah dari daratan terbawa sampai ke sini,” tuturnya.
Menurutnya, kondisi pantai penuh sampah rutin terjadi setiap tahun. Setidaknya tiga bulan, mulai Desember hingga Februari, sampah pasti memenuhi pantai.
“Kita biasanya membersihkan secara bergotong-royong, tahun lalu dapat sampah sampai empat truk. Saat ini kondisinya sudah seperti ini, namun bisa bertambah lagi karena angin belum begitu kencang. Nanti kalau sudah aliran air dari Demak dan kedung yang membawa sampah pasti sampai ke sini,” ungkap Kurdi.
Sumber Berita : http://www.murianews.com/2017/11/29/132271/ombak-bawa-tumpukan-sampah-pantai-telur-awur-jadi-menjijikan.html