#BHINEKA TUNGGAL IKA MENUJU PUNCAK KOMPETISI PEPARNAS XVII SOLO #PEPARNAS XVII SOLO 6-13 OKTOBER 2024
#MOTOGP 2024 #MOTOGP2024 #MOTOGP 2024 #MOTOGP 2024 IBL ALL INDONESIA 2024 #liga2 indonesia baru 2024/2025 #liga2 indonesia baru 2024/2025 # BWF World 2024 #BRI LIGA1 2024-25 #liga1 indonesia baru 2024/2025 #PILKADA SERENTAK 2024 #BALON GUBERNUR JATENG PEMILU 2024 #TAHAPAN BALON BUPATI KABUPATEN PATI  PEMILU 2024 #GIIAS 2024

Cari Blog Ini

Selasa, 28 November 2017

” Tragedi Tiang Listrik” Jadi Berkah Tersendiri

PATI- Tragedi tiang listrik yang ramai dibicarakan khalayak rupanya menjadi topik bahasan yang cukup menarik dalam Suluk Maleman di rumah Adab Indonesia Mulia, Sabtu (25/11). Kejadian itu dinilai budayawan yang juga penggagas Suluk Maleman, Habib Anis Sholeh Baasyin mampu menjadi berkah tersendiri.
Pasalnya, tragedi itu bisa menjadi pembuktian bahwa seringkali rakyat diadu domba hanya untuk kekonyolan-kekonyolan semata. ”Seringnya rakyat dipaksa harus membela sesuatu sampai habis-habisan, sedangkan elite politiknya justru enak-enakan.
Oleh karenanya, dengan adanya kejadian tiang listrik itu, bisa menjadi pembuktian bahwa semua ini hanya dagelan belaka,” ujarnya. Tak hanya itu, di era sekarang ini masyarakat juga seringkali dididik untuk membuat bangunan-bangunan kebohongan. Hal itu serupa dengan zaman Nabi Musa, dimana manusia membuat patung-patung berhala.
”Begitu pula, sejarah sedikit demi sedikit diubah sampai masyarakat tidak sadar dan mengingatnya lagi. Banyak hal yang terjadi bersamaan untuk tujuan menghancurkan,” tambahnya. Meski kondisi saat ini penuh kekacauan, namun Habib Anis tetap mengingatkan agar manusia tidak perlu panik.
Dia meyakini segala sesuatu yang terjadi tak lain karena kehendak Allah. ”Nabi Muhammad dulu juga diberi wahyu sendirian di tengah kondisi masyarakat yang kacau. Tapi, Nabi selalu punya keyakinan dan itulah yang membuatnya menjadi terhubung dan dimudahkan jalannya,” terangnya.
Gus Umar, pemateri dalam Suluk Maleman menambahkan, dalam menjalani kehidupan setiap orang sebaiknya melakukan sesuatu bukan karena keinginan melainkan dari sebuah keyakinan. Hal itu pulalah yang diajarkan oleh leluhur sebagai sikap seorang waskita.
”Ada tiga hal yakni waskita, waspada, dan wicaksana. Waskita mengajarkan agar kita bisa membaca realitas baik tentang masa lalu, masa sekarang dan masa depan,” ujarnya.
Yakin
Adapun waspada mengajarkan untuk bagaimana bisa memilih sesuatu yang tepat. Barulah kemudian dijalankan dengan wicaksana atau bijaksana, yakni pelan tapi pasti atau istiqamah. ”Yakin dengan pilihannya,” katanya.
Dia pun mencontohkan sikap itu seperti yang dimiliki oleh Gus Dur semasa hidupnya. Gusdur, dikatakannya memiliki lima sikap yang mampu menjadi treatment dalam mengatasi sikap keduniawiannya. ”Gusdur itu mandiri.
Sudah merdeka dengan dirinya, makanya berani bersikap, selalu melakukan karena keyakinan bukan keinginan, menggunakan bahasa kita bukan aku, dan berjuang menggunakan cinta. Makanya, Gus Dur sudah mampu menyingkirkan mental block-nya. Akal kalbunya bisa terbuka,” ujarnya.
Dalam menjalani kehidupan yang serba pelik dan penuh tipudaya ini, Habib Anis juga menganalogikan serupa saat Nabi Musa melawan tukang sihirnya Firaun. Saat dihadapkan penuh dengan tipu daya, Nabi Musa diminta untuk melemparkan apa yang ada di tangan kanannya.
”Padahal, kita tahu tangan kanan simbol kebaikan. Maka dari itu berbuatlah kebaikan secara terus menerus. Dan, sihir-sihir itu nantinya akan menghilang. Kalaupun belum bisa berbuat kebaikan minimal kita tidak berbuat keburukan kepada orang lain,” ujarnya.
Acara Suluk Maleman ituun semakin ramai dengan selingan dari musik Sampak GusUran. Alunan musik beraliran religi itu membuat ratusan hadirin di acara ngaji budaya semakin khidmat dalam menyimak. Hingga kegiatan itu tak terasa baru rampung pada Minggu (26/11) dini hari kemarin. 

Sumber BErita : http://www.suaramerdeka.com/smcetak/detail/18252/Tragedi-Tiang-Listrik-Jadi-Berkah-Tersendiri