PATI- Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislautkan)
Kabupaten Pati, mengintensifkan penebaran benih ikan nila hitam ke bak
terakhir instalasi pengolahan air limbah (IPAL) Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) baru di Desa Sukoharjo, Kecamatan Margorejo, Pati, Senin (27/11).
Hal itu menyusul telah difungsikannya TPA model sanitary landfill sejak
pekan lalu.
Dengan demikian, dari lubang penimbunan sampah buangan
dari kota yang per hari rata-rata mencapai 60 ton tersebut,
menghasilkan limbah cair yang lazim disebut licit. Limbah inilah yang
harus diproses melalui IPALagar tidak mencemari lingkungan sekitar,
meskipun pada dinding tebing dan dasar lubang sudah diberi pelapis geo
membrand.
Untuk menguji sejauh mana proses pengolahan air limbah
tersebut dalam IPAL, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislautkan)
Kabupaten Pati, Eddy Martanto, akan memenuhi apa yang diajukan Kelompok
Kampus Kehidupan (K3) setempat, yakni untuk kembali mengisi bak terakhir
IPAL TPA baru itu dengan ikan. Tujuannya, agar diketahui bagaimana
proses akhir pengolahan limbah cair dari timbunan sampah tersebut.
Kata
dia, kemunculan kepedulian kelompok tersebut, sejak awal harus
direspons karena merupakan bentuk antisipasi sejak dini, jika sampai
muncul hal-hal di luar teknis sistem kerja IPAL itu. Maksudnya, karena
saat ini musim hujan, dan jika curah hujan cukup tinggi, dampaknya bisa
saja terjadi bak pertama pengolah limbah penuh air.
Akan tetapi
secara teknis, tentu tidak mungkin bak pertama tersebut akan langsung
mengalirkan limbah ke bak terakhir. ”Sebab, dalam proses pengolahan
limbah cair tersebut harus melalui bak kedua, ketiga, keempat, dan
kelima,” ujarnya.
Karena itu, masih kata dia, secara teknis sistem
IPAL yang tersedia dan mebjadi bagian dari TPA model ”Sanitary
Landfill” tetap akan aman. Akan tetapi sebagai antisipasi, apa yang
dilakukan K3 dengan mengajukan permintaan bantuan benih ikan adalah
langkah dan upaya positif sebagai bentuk kepedulian terhadap terhadap
lingkungan.
Kondisi Aman
Jika proses
pengolahan air limbah pada bak terakhir tetap dalam kondisi aman, maka
ikanikan yang ditebar dalam bak tersebut tentu layak untuk dikonsumsi.
Sebab, air tempat hidup maupun pemeliharaannya benar- benar netral,
karena bebas dari pencemaran sehingga bisa menjadi penunjang fungsi dan
manfaat lain sebuah TPA.
Maksudnya, selama ini fasilitas tersebut
menjadi tempat kunjungan warga, terutama oleh anak-anak yang diajak
rekreasi oleh gurunya untuk lebih mengenal alam.
Dengan demikian,
mereka juga bisa diajak melihat ikan yang dipelihara di bak IPAL
terakhir dengan kondisi air benar-benar bebas dari pencemaran limbah
cair. Manfaat memelihara ikan di bak IPAL tersebut juga menjadi objek
kegiatan memancing, bagi warga yang mempunya hobi memancing.
Akan
tetapi, hal itu harus melihat sejauh mana ikan yang dipancing dari kolam
tersebut untuk sementara biar kerkembang biak, sehingga jangan sampai
ikan yang masih kecil ikut terkena pancing.
Selain itu, ikan yang
dipelihara di bak itu upaya untuk menangkapnya menggunakan jaring,
karena bak IPAL bukan merupakan perairan umum. ”Dengan demikian alat
tangkap paling cocok adalah menggunakan pancing, tapi hindari jika
tertangkap ikan yang masih kecil hendaknya segera dilepas kembali
sebelum keburi mati.”
Sumber Berita : http://www.suaramerdeka.com/smcetak/detail/18253/Penebaran-Benih-Ikan-Diintensifkan