Grobogan – Budidaya komoditas white melon yang
dilakukan petani Grobogan ternyata tidak sekedar bisa menghasilkan panen
yang cukup maksimal. Bahkan, hasil panen komoditas hortikultura yang
lebih populer disebut timun Jepang itu sudah berhasil menembus pasar
mancanegara.
Salah satu petani yang berhasil mengembangkan white melon adalah
Sahid, seorang petani di Dusun Ngemplak, Desa Karanganyar, Kecamatan
Geyer. Sahid membudidayakan White Melon pada lahan miliknya seluas 0,4
hektar.
Komoditas white melon ini mulai bisa dipanen perdana pada akhir Juni 2018 lalu. Hasil panen yang didapatkan sebanyak 13 sak.
“Hasil panen cukup bagus tetapi belum sempat ditimbang beratnya.
Untuk buah paling besar beratnya bisa sampai 3 kg,” kata Sahid, Kamis
(12/7/2018).
Untuk memasarkan hasil panen, Sahid mengaku tidak mengalami kendala.
Soalnya, ia sudah mengandeng kerjasama dengan Koperasi Maju Makmur
Mandiri (3M) Desa Tarub, Kecamatan Tawangharjo. Koperasi 3M sendiri
sudah menjalin kemitraan dengan Asosiasi Petani Hortikultura (ASPEHA)
Wiratagama Desa Trembulrejo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora yang
kemudian memasarkan white melon sampai ke negara Jepang melalui PT
Karoma Bumi Wasesa dari Kabupaten Klaten.
”Hasil panen white melon ini langsung dibeli oleh pihak Koperasi 3M.
Harganya sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya,”
lanjut Sahid.
Menurut Sahid, kriteria white melon yang ditentukan Koperasi 3M ada
beberapa kelas. Terdiri dari kelas A, B, dan C yang memiliki kriteria
umum sama. Yakni, buah lurus, sehat, segar, tidak pecah, tidak berlubang
atau luka.
Sedangkan
kriteria khusus dari ketiga kelas itu tidak sama. Untuk kelas A,
panjang buah 17-25 cm, diameter 8,5 cm dan berat buah 850-1.450 gram.
Kriteria khusus kelas B, panjang buah lebih dari 25 cm, diameter 8,5 cm
dan berat buah lebih dari 1.450 gram. Sementara Kelas C, panjang buah
minimal 14 cm.
“Harga dari tiap kelas juga beda. Untuk kelas A bisa sampai Rp
1.800/kg, kelas B harganya Rp 1.400/kg, dan kelas C laku Rp 500/kg,”
ungkap Sahid.
White melon lazim digunakan sebagai bahan utama berbagai masakan
Jepang. Buah ini memiliki rasa yang lebih manis, segar dan renyah
dibanding dengan jenis timun lainnya.
Sahid mengaku, budidaya white melon dirasa cukup mudah karena
komoditas ini dapat ditanam di dataran tinggi ataupun rendah. Yang
penting, kebutuhan airnya tercukupi dan harus memperhatikan betul suplai
air mulai usia 20 hari setelah tanam.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan Edhie
Sudaryanto mengatakan, pihaknya mengapresiasi budidaya white melon yang
dilakukan dengan pola kemitraan seperti itu. Menurutnya, pola kemitraan
akan berjalan dengan baik apabila dilaksanakan dengan prinsip saling
menguntungkan.
“Dalam pola ini, perusahaan mitra diharapkan tetap selalu melakukan
pendampingan. Sedangkan petani yang bermitra harus konsisten dan
konsekuen melaksanakan teknologi yang dianjurkan perusahaan mitra.
Petani harus jujur, jangan sampai mengecewakan perusahaan mitra”, jelas
Edhie.
Sumber Berita : http://www.murianews.com/2018/07/12/145351/keren-hasil-panen-white-melon-dari-grobogan-tembus-pasar-mancanegara.html