SEMARANG – Apa yang terbersit dalam benak pelajar
ketika mendengar kata Jaksa? Sabikhisna (16), Amanda Yudhanti (16) dan
Natasha (16) sontak kompak melontarkan jawaban, penegak hukum. Para
siswa dari SMA Negeri 1 Semarang itu berpendapat, insan kejaksaan di
Indonesia sudah bagus dan telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
Namun, apa jawaban mereka saat ditanya apakah kelak ingin menjadi
jaksa? Ketiga pelajar kelas XI IPS itu spontan menjawab tegas, tidak.
Mereka justru lebih memilih bekerja di bidang ekonomi daripada hukum,
seperti menjadi seorang jaksa.
Sabikhisna berpendapat, menjadi seorang jaksa itu penuh tantangan
karena dituntut adil, tidak mudah tergoda, dan tegas dalam menentukan
keputusan. Gadis berjilbab itu menambahkan, jika menjadi jaksa, dia
takut tidak bisa adil, dan bimbang dalam menentukan keputusan dalam
menentukan dakwaan. Padahal, keputusan yang dibuat jaksa itu tak hanya
dipertanggungjawabkan di dunia tapi juga di akhirat.
“Lebih memilih bekerja di bidang ekonomi soalnya menurut saya kalau
jadi jaksa itu takutnya tidak bisa berlaku adil. Takutnya buat keputusan
yang salah. Nanti gak cuma dipertanggungjawabkan di dunia tapi akhirat
juga,” imbuhnya seusai mengikuti Upacara Peringatan Hari Bhakti Adhyaksa
ke-59 tahun 2019, di Lapangan Pancasila (Simpang Lima), Senin
(22/7/2019).
Dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Kepala Kejaksaan Tinggi
Jawa Tengah Yunan Harjaka selaku inspektur upacara, Jaksa Agung RI HM
Prasetyo mengingatkan, menjadi seorang jaksa memang dituntut memiliki
integritas, keberanian dan kejujuran. Para penegak hukum harus selalu
menanamkan komitmen, meneguhkan niat dan tekad untuk keserasian,
keadilan, maupun kebenaran dalam kepastian penegakan hukum.
Ditambahkan, Kejaksaan juga tidak boleh ketinggalan, tapi juga harus
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, karena perkembangan SDM sangat
penting sebagai investasi keberlangsungan suatu instansi. Insan
kejaksaan harus membangun jati diri, terbuka, visioner, perubahan
paradigma, tetap berjalan di atas koridor hukum.
Untuk itu, pada acara yang juga dihadiri Gubernur Jawa Tengah Ganjar
Pranowo dan wakilnya Taj Yasin Maimoen, Prasetyo mengajak para jaksa
untuk selalu, mengembangkan diri, terbuka, visioner, dan berinovasi.
Namun tetap berada di koridor hukum demi mengabdi pada bangsa dan
negara.
Tugas dari Prasetyo inipun siap diemban oleh para jaksa. Salah
satunya, Ahmad Muchlish, jaksa Jawa Tengah. Dalam setiap pekerjaanya
sebagai jaksa, Ahmad selalu menanamkan komitmen dalam menjaga
integritas,membentengi diri dengan ketakwaan, dan meningkatkan ilmu
pengetahuan, sehingga tidak mudah goyah dan tergoda. Dia pun siap
melaksanakan program Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah
Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) di lingkungan Kejaksaan.
Pengembangan diri bagi Ahmad menjadi hal penting. Jaksa yang telah 15
tahun berkecimpung di dunia Kejaksaan itu kini tengah melanjutkan studi
S3 pada jurusan hukum Universitas Diponegoro, sebagai upaya
meningkatkan kualitas diri sesuai yang diamanatkan Jaksa Agung RI.
Diakui, dalam dunia hukum, khususnya Kejaksaan, diperlukan keberanian
dalam menggambil keputusan yang tegas dan adil, terutama saat
menjatuhkan atau melakukan tuntutan sesuai fakta-fakta perbuatan
terdakwa. Tidak boleh pilih kasih karena kedudukan semua orang sama di
hadapan hukum.
Sumber : https://jatengprov.go.id/beritaopd/jaksa-dituntut-cerdas-pikiran-dan-hati/