SEMARANG – Memiliki garis pantai cukup
panjang membuat Provinsi Jawa Tengah mendapat berkah di bidang kelautan
dan perikanan. Tidak hanya soal hasil tangkapan ikan yang melimpah,
sektor pertanian garam juga menjadi andalan provinsi ini.
Data Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah,
produksi garam rakyat terus meningkat tiap tahunnya. Tahun ini saja,
total produksi garam Jateng mencapai 1,043 juta ton.
“Jumlahnya meningkat signifikan dibanding tahun 2018
lalu. Dimana tahun lalu, produksi garam Jateng hanya sebanyak 751.463
ton,” kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jateng, Fendiawan
Tiskiantoro, saat Konferensi Pers di Gedung A Lantai 1 Kantor Gubernur
Jawa Tengah, Rabu (20/11/2019).
Meningkatnya jumlah produksi garam tahun ini, lanjut
dia, disebabkan beberapa faktor. Namun, faktor utamanya musim kemarau
yang lebih lama membuat produksi garam melimpah.
“Tahun ini kemaraunya cukup panjang, itu yang menjadikan produksi garam melonjak drastis,” tambahnya.
Fendiawan menerangkan, beberapa daerah yang menjadi
sentra petani garam terdapat di Kabupaten Rembang, Brebes, Cilacap,
Demak, Batang, Kebumen, Purworejo, Jepara dan Pati. Total terdapat
sebanyak 14.836 petani garam yang tersebar di beberapa wilayah di Jawa
Tengah itu.
“Petani garam terbanyak berada di Kabupaten Pati, dengan
total 8.178 orang, disusul Rembang dengan 4.009 orang dan Demak 1.354
orang,” jelasnya.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus memfasilitasi dan
membantu petani garam agar terus bisa berproduksi serta meningkatkan
kualitas dan kuantitas produksinya. Bantuan berupa sarana prasarana
telah dilakukan di sejumlah kelompok petani garam yang ada di Jawa
Tengah.
“Kami terus melakukan pembinaan dan juga fasilitasi agar
para petani garam semakin produktif dan memiliki kualitas bagus,”
terang Fendiawan.
Disinggung terkait anjloknya harga garam akhir-akhir
ini, dia menerangkan Pemprov Jateng tidak tinggal diam. Beberapa upaya
telah dilakukan untuk melindungi harga garam tetap stabil di pasaran.
Fendi menerangkan, harga garam tahun ini memang anjlok
di kisaran Rp300-400 perkilogram. Padahal di tahun 2016 lalu, harga
garam bisa mencapai Rp1.000 per kilogram.
“Kami terus berupaya agar harga tetap stabil, dengan
membangun gudang garam di sentra-sentra penghasil garam, pembangunan
tunnel dan juga geoisolator. Dengan adanya bantuan itu, maka stabilitas
harga dapat dijamin,” tegasnya.
Apabila saat panen dan harga anjlok, maka garam lanjut
dia dapat disimpan terlebih dahulu di gudang-gudang yang telah
disediakan. Selain itu, pencarian industri yang mau menyerap produksi
garam petani juga terus dilakukannya.
“Kami juga berupaya meningkatkan kualitas garam petani
dengan memberikan bantuan geoisolator dan rumah tunnel. Pemberian
bantuan itu agar garam Jateng memiliki kualitas bagus, sehingga harganya
tinggi di pasaran,” tegasnya.
Selain itu, langkah jangka panjang juga sudah diupayakan
untuk melindungi petani garam merugi karena anjloknya harga.
Diantaranya berkoordinasi dengan dinas terkait seperti Dinas
Perindustrian dan Perdagangan untuk mencarikan pasar garam rakyat.
“Pemerintah pusat melalui Kemenkomaritim akan menetapkan
harga pokok produksi garam industri tahun 2010. Juga, Kementerian
Kelautan dan Perikanan akan menyusun masterplan kawasan ekonomi garam
mandiri,” pungkasnya.Sumber : https://jatengprov.go.id/publik/produksi-garam-jateng-melimpah-capai-1043-juta-ton-pada-2019/