Jakarta, Kominfo - Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Widodo
Muktiyo menyatakan gelombang informasi yang begitu besar mempengaruhi
generasi milenial perlu diiringi dengan upaya sinergis membentengi
dengan karakter kebangsaan yang teguh.
"Menjadi
sangat penting bagi kita untuk membentengi mereka dengan karakter
kebangsaan yang teguh," ungkapnya dalam dalam Forum Tematik Bakohumas,
di ruang delegasi lantai 2, Plaza Nusantara V, MPR RI, Senayan, Jakarta,
Selasa (19/11/2019).
Widodo
Muktiyo yang juga menjabat Ketua Umum Badan Koordinasi Kehumasan
Pemerintah (Bakohumas) mengingatkan, sejatinya karakter tidak dapat
diwariskan, melainkan harus dibangun dan dikembangkan secara sadar dan
terus-menerus melalui proses panjang yang tidak instan.
“Karena
itu, seluru unsur pemerintah, utamanya humas dari seluruh K/L dan BUMN
perlu melakukan sinergitas yang kuat dalam upaya mempercepat proses
diseminasi informasi melalui kanal informasi yang dimiliki oleh instansi
pemerintah,” jelas Widodo.
Mengutip
hasil survei penetrasi internet dan perilaku pengguna internet di
Indonesia yang dirilis Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
(APJII) tahun 2018, Dirjen IKP mengungkapkan dari
171,17 juta pengguna internet di Indonesia tecatat sebanyak 91 persen
mereka yang berada di rentang usia 15-19 tahun. "Kemudian rentang 20
hingga 24 tahun sebesar 88,5 persen, lalu rentang usia 25 sampai 29
tahun sebanyak 82,7 persen," jelasnya.
Forum
Tematik Bakohumas MPR RI itu dihadiri oleh perwakilan seluruh humas
dari kementerian/lembaga (K/L) dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan
dibuka oleh Sekretaris Jenderal Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia (MPR RI) Ma’ruf Cahyono.
Tantangan Besar
Ketika
membuka acara, Sekjen MPR RI Ma'rif Cahyono menyatakan adanya tantangan
besar berkaitan dengan bonus demografi yang memberikan kesempatan luar
biasa kepada generasi millenial dalam pembangunan bangsa.
“Kita
tentu tidak ingin ke depan peluang-peluang menjadi hilang, tantangan
yang ada semakin berat karena kita tidak melakukan learning process
pembangunan jati diri bangsa kepada generasi yang akan meneruskan,” kata
Ma’ruf Cahyono.
Untuk
itu, jelas Ma’ruf, MPR RI yang melaksanakan sosialisasi terhadap 4
(empat) pilar bangsa, harus mengevaluasi metodenya, disesuaikan dengan
segmentasi masyarakat sesuai kebutuhan, setidaknya di aspek-aspek yang
bersifat kognitif.
“Kalau
aspek-aspek yang secara sederhana saja sebenarnya bisa kita lakukan
bagaimana sampai memaknai bait-bait Indonesia Raya, sila-sila Pancasila
itu dalam tataran yang lebih dalam, kalau kata Professor tataran yang
lebih filosofis. Bagaimana itu bisa didalami, apa sih yang dimaksud
Ketuhanan Yang Maha Esa, sejenak direnungkan, dihayati, apa sih
aspek-aspek religi bangsa dan seterusnya, konteks-konteks kemanusiaan,
rasa persatuan, demokrasi, keadilan sosial, nah yang menjadi identitas
bangsa itu seperti apa dalam tataran yang implementatif,” terang Ma’ruf.
Oleh
karena itu, Sekjen MPR RI itu berharap adanya masukan dari para peserta
Forum Tematik Bakohumas mengenai terobosan yang perlu dilakukan dalam
melaksanakan sosialisasi 4 Pilar kepada generasi milenial.