Komisi XII DPR RI menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan sejumlah pemangku kepentingan sektor energi seperti Dirjen Migas Kementerian ESDM, SKK Migas, BPH Migas, dan Pertamina.
Agenda utama rapat ini adalah membahas asumsi makro sektor ESDM agar tetap realistis, adaptif terhadap perkembangan global, serta mampu mengakomodasi kebutuhan masyarakat dan menopang pertumbuhan ekonomi.
Ketua Komisi XII DPR RI, Bambang Patijaya, menekankan pentingnya sektor migas dalam mendukung ketahanan energi nasional dan menjadi kontributor signifikan bagi penerimaan negara.
“Sektor migas memegang peranan sangat penting dalam mendukung ketahanan energi nasional sekaligus menjadi salah satu kontributor utama penerimaan negara."
"Namun hal itu juga dihadapkan pada tantangan nyata mulai dari lifting migas yang belum optimal hingga kebutuhan akan efisiensi pengelolaan blok migas,” ujar Bambang.
Dalam rapat tersebut, Plt. Dirjen Migas Kementerian ESDM, Tri Winarno, menyatakan komitmen pemerintah dalam mencapai target lifting migas.
“Untuk mencapai target tersebut, pemerintah menerapkan sejumlah strategi dalam peningkatan produksi migas, di antaranya dengan melakukan optimalisasi lapangan produksi juga dengan reaktivasi sumur dan lapangan idle atau lapangan yang sudah tidak berproduksi,” kata Tri.
Direktur Logistik dan Infrastruktur Pertamina, Jaffee Arizon Suardin, mengungkapkan tantangan produksi migas tahun 2025 yang dipengaruhi oleh penurunan alamiah produksi sebesar 21 persen per tahun.
Meski demikian, ia menyampaikan optimisme Pertamina. “Pertamina secara oil equivalent per day, prognosa di akhir 2025 ini diperkirakan akan naik 3 persen,” ungkap Jaffee.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Pertamina telah mengimplementasikan berbagai strategi peningkatan lifting, termasuk penggunaan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR), pengeboran sumur baru, dan akuisisi lapangan migas luar negeri oleh Subholding Upstream Pertamina, Pertamina Hulu Energi (PHE).
Saat ini, Pertamina menyumbang 69 persen dari total produksi minyak nasional dan 37 persen produksi gas nasional.
Sepanjang tahun ini, melalui Subholding Upstream, Pertamina mencatatkan produksi minyak dan gas sebesar 1,04 juta barel setara minyak per hari (MMBOEPD) hingga Mei 2025.
Angka ini terdiri dari 559 ribu barel minyak per hari (MBOPD) dan 2.800 juta standar kaki kubik gas per hari (MMSCFD).
Selain itu, telah diselesaikan pengeboran 5 sumur eksplorasi, 341 sumur pengembangan, 523 kegiatan workover, dan 15.424 kegiatan well services.
Pertamina Hulu Energi juga berhasil meraih sejumlah pencapaian strategis baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Di tahun 2025, PHE mencatat sumber daya migas baru dengan potensi 2C sebesar 767 juta barel setara minyak (MMBOE), serta tambahan cadangan migas P1 sebanyak 40,9 MMBOE.
Keberhasilan lain termasuk pengeboran sumur EPN-002 di Jawa Barat, akuisisi data seismik 3D di beberapa wilayah kerja onshore Sumatera, serta penandatanganan Kontrak Bagi Hasil Wilayah Kerja Melati dan Binaya dari lelang tahap I dan II tahun 2024.
Hingga Mei 2025, PHE telah menyelesaikan survei seismik 3D seluas 452 kilometer persegi.