JAKARTA - Kepala Staf
Kepresidenan Teten Masduki menyampaikan duka cita mendalam atas
meninggalnya Patmi (48), warga Kendeng yang mengikuti aksi mengecor kaki
untuk memprotes pembangunan pabrik semen di Rembang, Jawa Tengah.
”Ya tim saya udah bantu urus ya. Berduka
cita, jantung ya, kemungkinan juga faktor capek ya. Tapi ya memang kita
imbaulah kalau mau menyampaikan pendapat, aspirasi, jangan aksinya
mengambil risiko pada keselamatan,” kata Teten di Kompleks Istana
Kepresidenan Jakarta, Selasa (21/3). Patmi sempat mengeluh sakit dan
dibawa ke Rumah Sakit St Carolus dini hari tadi.
Rumah Sakit St Carolus menyatakan bahwa
Patmi meninggal dunia sekitar pukul 02.55 karena serangan jantung. ”Tadi
Pak Presiden sudah minta kami untuk mengurus kepulangannya, tapi tadi
sudah diurus,” katanya. Istana juga menjanjikan pemberian santunan
kepada keluarga Patmi.
”Iya, nanti diberikan santunan juga ya,”
kata Teten. Sementara itu, koalisi berbagai lembaga masyarakat peduli
Pegunungan Kendeng, Koalisi Untuk Kendeng Lestari (KUKL), memastikan
perjuangan masyarakat tidak akan surut menyusul meninggalnya Patmi.
”Yang terjadi hari ini tak akan
menyurutkan semangat masyarakat Kendeng, malah memperkuat solidaritas
untuk perjuangan ini,” kata salah seorang juru bicara KUKL yang juga
Direktur Eksekutif Yayasan Desantara, Mokhamad Sobirin, dalam konferensi
pers terkait kelanjutan aksi Kendeng menyusul meninggalnya mendiang
Patmi di kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Jakarta,
kemarin.
Pasalnya, lanjut Sobirin, masyarakat
Kendeng meyakini bahwa apa yang mereka lakukan bukan hanya berkaitan
dengan kelangsungan hidup mereka, yang sebagian besar bermata
pencaharian sebagai petani dan memanfaatkan Pegunungan Kendeng sebagai
sumber pengairan, tetapi juga soal kelestarian lingkungan setempat. ”Ini
bukan konflik lahan tetapi upaya penyelamatan lingkungan,” kata
Sobirin.
Hal senada juga disampaikan pegiat
Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) Eko Arifianto yang
mengingatkan bahwa setiap orang pada akhirnya akan meninggal namun
semua diberi pilihan mati dalam keadaan membela alam atau malah melukai
alam.
Patmi, lanjut Eko, merupakan salah satu
yang memilih meninggal dalam keadaan membela ibu pertiwi. ”Kita semua
pasti akan mati, cuma kita yang memilih jalan kematian mana yang kita
mau. Mati dalam perjuangan mencintai ibu pertiwi atau melukai ibu
pertiwi,” kata Eko. Oleh karena itu, Eko berharap kematian Patmi menjadi
momentum kemunculan dan pertumbuhan bunga-bunga perlawanan dari
masyarakat terhadap kesewenangan pemerintah yang tak mengindahkan rakyat
dalam perencanaan pembangunan.
Langsung Dikebumikan
Jenazah Patmi tiba di Desa Larangan,
Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati sekitar pukul 20.00 semalam.
Setelah tiba di rumah duka, jenazah Patmi langsung didoakan dan
dikebumikan. Sri Utami, anak korban, menuturkan, sebelum berangkat Patmi
hanya berpesan agar dirinya merawat sawah agar padinya tidak puso. ”Ibu
hanya pamit berangkat untuk berjuang,” ujar Sri Utami dengan menahan
isak tangisnya. Meski ibunya telah gugur namun Sri Utami mengaku telah
mengikhlaskannya.
Baginya itu bentuk pengabdian ibunya
untuk pegunungan Kendeng. Bahkan dia juga mengaku akan tetap berdoa agar
perjuangan membela Kendeng dapat tetap lestari. ”Ibu saya selalu
mengajarkan kalau apa yang dilakukannya tidak lain kecuali untuk anak
cucunya. Ibu saya begitu ikhlas untuk Pegunungan Kendeng,” tambahnya.
Patmi meninggalkan Rosyad, suaminya, dan dua orang anak yakni Sri Utami
(29) dan Muhamadun Daiman (22) serta seorang cucu bernama Syifa (3,5)
tahun.
Terpisah, warga asli Rembang yang
mengatasnamakan dirinya sebagai Laskar Brotoseno turut berbelasungkawa
atas meninggalnya Patmi yang bergabung dalam aksi penolakan dibangunnya
pabrik semen. Sedangkan para warga dalam wadah Laskar Brotoseno sendiri,
yang notabene merupakan warga Ring 1 dan tinggal di lima desa yang
berbatasan langsung dengan lokasi pabrik, justru menyatakan dukungan
sepenuhnya terhadap berdirinya pabrik semen di Rembang.
”Pada kesempatan ini kami menyampaikan
belasungkawa atas meninggalnya saudara kami, Ibu Patmi, saat ikut demo
menolak pabrik (semen) Rembang. Kami turut berduka cita,” ujar
Koordinator Laskar Brotoseno, Anis Maftuhin, di Jakarta. Gubernur Jawa
Tengah Ganjar Pranowo menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya Patmi
(48), salah satu peserta aksi semen kaki. Ganjar berharap tidak ada lagi
aksi protes yang membahayakan nyawa.
”Saya menyampaikan belasungkawa,
mudah-mudahan khusnul khatimah. Ini pelajaran buat kita semua,” kata
Ganjar di Desa Kluwih, Bandar, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, SelasaSumber Berita : http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/istana-ikut-berduka/