Kabid Tanaman Pangan Dispertan Grobogan Sunanto mengatakan, sejak
Minggu persiapan sudah mulai dilakukan. Bahkan pihaknya membentuk lima
tim. Masing-masing beranggotakan 15 orang.
Pengerjaannya juga dibagi menjadi tiga tempat. Dua tim mengerjakan di
halaman kantor Dispertan, dua tim lain di Rumah Kedelai Grobogan (RKG),
dan satu tim di ruang rapat paripurna DPRD Grobogan.
”Proses pembuatan tempe raksasa butuh waktu panjang. Mulai dari
penyortiran bahan, pemasakan, peragian, serta menempatkan kedelai yang
sudah dimasak pada lokasi pembuatan,” ujarnya.
Sejak Minggu, tim mulai membersihkan kedelai. Dilanjut Senin tempe direndam, kemudian direbus, dipecah, hingga dibersihkan dari kulit dan direndam selama sekitar 15 jam.
Selanjutnya, kemarin (28/11) tim mulai merebus kedelai, lalu ditiriskan, didinginkan, hingga peragian. Setelah selesai diragi, kedelai dibawa ke salah satu ruang DPRD Grobogan untuk segera dibuat.
”Proses yang cukup lama nanti pada tahap menumbuhkan jamur. Ada sekiranya 24 kali proses pengulangan,” terangnya.
Dijelaskan, tempe yang akan dicatatkan dalam Museum Rekor Indonesia (Muri) ini, dibuat dengan ukuran 7 x 10 meter. Bahan baku merupakan kedelai lokal asli Grobogan. ”Tepatnya kedelai dari petani Kecamatan Pulokulon. Sengaja dipilih kedelai lokal, karena kami ingin mengurangi ketergantungan masyarakat dengan kedelai impor,” tandasnya.
Menurutnya, tujuan utama pemecahan rekor Muri ini, untuk mengenalkan kedelai lokal yang kualitas jauh lebih bagus dibanding kedelai impor genetically modified organism (GMO). Bahkan lebih sehat.
”Diketahui kedelai impor GMO di negara Eropa tidak dikonsumsi manusia. Namun, untuk hewan. Sebab, berisiko jika dikonsumsi manusia,” paparnya.
Selanjutnya, melalui Muri juga ingin mengangkat harga kedelai lokal, agar sebanding dengan harga kedelai impor non-GMO. Sebab, selama ini kedelai lokal harganya disetarakan dengan kedelai impor GMO. Padahal kualitas berbeda. Jauh lebih bagus kedelai lokal.
”Saat ini harga kedelai lokal hanya Rp 6.500. Kedelai impor GMO Rp 6 ribu. Padahal kualitas kedelai lokal sebanding dengan kedelai impor non-GMO yang harganya mencapai Rp 12 ribu,” ujarnya.
Pembuatan tempe raksasa ini, akan dilangsungkan bersamaan dengan penyelenggaraan Pameran Ekonomi Kreatif Grobogan mulai 30 November hingga 3 Desember di Alun-alun Purwodadi.
Sumber Berita : https://www.jawapos.com/radarkudus/read/2017/11/29/30189/siapkan-tempe-18-ton-untuk-pecahkan-rekor-muri
Sejak Minggu, tim mulai membersihkan kedelai. Dilanjut Senin tempe direndam, kemudian direbus, dipecah, hingga dibersihkan dari kulit dan direndam selama sekitar 15 jam.
Selanjutnya, kemarin (28/11) tim mulai merebus kedelai, lalu ditiriskan, didinginkan, hingga peragian. Setelah selesai diragi, kedelai dibawa ke salah satu ruang DPRD Grobogan untuk segera dibuat.
”Proses yang cukup lama nanti pada tahap menumbuhkan jamur. Ada sekiranya 24 kali proses pengulangan,” terangnya.
Dijelaskan, tempe yang akan dicatatkan dalam Museum Rekor Indonesia (Muri) ini, dibuat dengan ukuran 7 x 10 meter. Bahan baku merupakan kedelai lokal asli Grobogan. ”Tepatnya kedelai dari petani Kecamatan Pulokulon. Sengaja dipilih kedelai lokal, karena kami ingin mengurangi ketergantungan masyarakat dengan kedelai impor,” tandasnya.
Menurutnya, tujuan utama pemecahan rekor Muri ini, untuk mengenalkan kedelai lokal yang kualitas jauh lebih bagus dibanding kedelai impor genetically modified organism (GMO). Bahkan lebih sehat.
”Diketahui kedelai impor GMO di negara Eropa tidak dikonsumsi manusia. Namun, untuk hewan. Sebab, berisiko jika dikonsumsi manusia,” paparnya.
Selanjutnya, melalui Muri juga ingin mengangkat harga kedelai lokal, agar sebanding dengan harga kedelai impor non-GMO. Sebab, selama ini kedelai lokal harganya disetarakan dengan kedelai impor GMO. Padahal kualitas berbeda. Jauh lebih bagus kedelai lokal.
”Saat ini harga kedelai lokal hanya Rp 6.500. Kedelai impor GMO Rp 6 ribu. Padahal kualitas kedelai lokal sebanding dengan kedelai impor non-GMO yang harganya mencapai Rp 12 ribu,” ujarnya.
Pembuatan tempe raksasa ini, akan dilangsungkan bersamaan dengan penyelenggaraan Pameran Ekonomi Kreatif Grobogan mulai 30 November hingga 3 Desember di Alun-alun Purwodadi.
Sumber Berita : https://www.jawapos.com/radarkudus/read/2017/11/29/30189/siapkan-tempe-18-ton-untuk-pecahkan-rekor-muri