PATI- Sebagai salah satu kesenian yang cukup tua dan
asli dari Pati, tari angguk dinilai patut dijadikan ikon. Bahkan
diharapkan tari angguk bisa digarap dengan serius dalam ranah kesenian
di Pati.
Tri Luwih Winarto, seniman pelestari kesenian tari angguk
Pati bahkan menilai dalam setiap acara resmi kedaerahan seharusnya tari
penyambutannya menggunakan angguk bukan menggunakan gambyong ataupun
yang lainnya. “Dan itu justru akan menjadi kebanggaan buat kita sendiri.
Karena
Pati memiliki tari yang berbeda bila dibandingkan tari gambyong yang
sudah banyak digunakan di daerah manapun,” tambahnya. Bila perlu dirinya
berharap tari angguk itu bisa dimasukkan ke muatan lokal. Sehingga
bibitbibit muda pelaku kesenian tari juga dapat bermunculan.
Hal
itu juga dengan sendirinya akan meningkatkan kuantitas dan kualitas dari
tari angguk tersebut. “Banyak yang sudah mengakui tari angguk dari
Pati. Makanya sangat disayangkan kalau yang dari Pati sendiri justru
tidak mengetahui tentang tari angguk tersebut,” tambahnya.
Apalagi
Tari angguk itu pun dikatakannya memiliki banyak hal menarik termasuk
sisi sejarahnya. Informasi yang diterimanya, sebenarnya tari angguk itu
bukanlah sekadar kesenian. Melainkan salah satu strategi perang para
pejuang dan laskar pribumi jaman penjajahan Belanda dulu. “Tari itu
sengaja dihadirkan untuk Ratu Wilhelmina.
Meski awalnya dikira
sebagai penghormatan ratu Belanda itu, namun tujuan aslinya agar para
pejuang itu bisa masuk ke wilayah Belanda dan mematamatai termasuk
mencari titik lemahnya,” ujarnya. Bahkan keberhasilan pejuang dalam
meledakkan gudang senjata Belanda di wilayah Mejobo, Kudus diakuinya
berkat siasat dari tari tersebut.
Sumber Berita : http://www.suaramerdeka.com/smcetak/detail/18527/Tarian-Angguk-Patut-Dijadikan-Ikon-Pati