SURAKARTA – Forum Anak se-Jawa Tengah menyampaikan
11 aspirasi di peringatan Hari Anak Sedunia dan 30 Tahun Konvensi Hak
Anak di Taman Jaya Wijaya Mojosongo Solo, Rabu (20/11/2019). Aspirasi
tersebut disampaikan langsung di hadapan Menteri Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak RI, Gubernur Jateng, dan Unicef.
Sebelas aspirasi tersebut berisi harapan anak dari persoalan
pendidikan, kenyamanan, penolakan pekerja dan pernikahan dini, sampai
harapan akses pengambilan keputusan politik maupun pemerintahan.
“Mereka ingin mengakses politik. Hebat. Libatkan kami dalam
pengambilan keputusan politik, berikan kami akses pendidikan. Berikan
kami keamanan dan kenyamanan,” kata Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Dia menambahkan, tugas pemerintah adalah menerjemahkan seluruh
keinginan tersebut agar terealisasi dalam program maupun kebijakan.
Bahkan menurut Ganjar, jika pemerintahan yang didominasi orang-orang tua
gagal menerjemahkan keinginan tersebut berarti gagal pula program
perlindungan anak yang selama ini banyak disuarakan.
“Yang diuji adalah kita para pemimpin, mampukah kita menerjemahkan
itu. Itulah sebenarnya sebuah perlindungan. Negara harus terlibat dan
menjalin kerja sama dengan kelompok-kelompok masyarakat,” tegas mantan
anggota DPR RI ini.
Untuk pelibatan anak dalam pengambilan keputusan maupun penetapan
kebijakan, menurut Ganjar, pihaknya sudah lima tahun ini selalu
melibatkan Forum anak.
Karena tingginya penempatan derajat anak di Jawa Tengah itulah,
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang
bekerjasama dengan Unicef memilih Jawa Tengah sebagai tuan rumah
peringatan Hari Anak Sedunia dan 30 Konvensi Hak Anak.
“Ini akan kita jadikan contoh di tingkat nasional agar anak
dilibatkan dalam proses pengambilan kebijakan. Meskipun PR kita masih
banyak, tapi kita berusaha mengurainya satu persatu,” kata Menteri PPPA,
Gusti Ayu Bintang Darmawanti.
Kepedulian Pemerintah terhadap anak dari tahun ke tahun diyakini
terus mengalami peningkatan. Unicef Country Representative to Indonesia,
Debora Comini mengatakan sejak Indonesia terlibat aktif dalam
perlindungan anak sejak tahun 1990 berbagai terobosan kebijakan soal
anak terus dimunculkan.
“Ini prestasi yang besar. Ketika ada tekad dan komitmen politik,
kehidupan anak-anak akan semakin baik. Yang terakhir kita juga melihat
itikad baik indonesia yang merevisi undang-undang pernikahan dengan usia
minimun 19 tahun,” bebernya.
Namun Debora menyampaikan, pekerjaan rumah persoalan anak masih
banyak, dari malnutrisi sampai obesitas. Selain itu, meski semua
anak-telah masuk sekolah, namun mutu pengajaran masih belum banyak
dilakukan.
“Ini tantangan yang tidak kita bayangkan. Iklim, teknologi, cara kita
melihat dunia. Sekarang semua daerah jadi perkotaan, daerah yang padat.
Ini sesuatu yang mendamaikan. Ini waktunya adik-adik memberi tahu apa
yang adik-adik inginkan,” tandasnya.
Sumber : https://jatengprov.go.id/publik/11-aspirasi-anak-jateng-disampaikan-ke-unicef/